October 05, 2020

Puisi: Menyoal Jogja Bicara Candu

 

Ku tarik napas dalam-dalam. 

Sampe rasanya dada mengembang sempurna dan paru-paru udah berasa keisi semua sampe alkeolus terdalam.


Fyuh. Lalu keluar semua itu karbon-karbon toksik.


Halo Jogja!

Terima kasih buat dua tiga hari yang singkat tapi sangat padat ini.


Udah lama banget rasanya nahan-nahan rindu buat kamu.


Sampe isi kepala hampir beracun semua. 

Penat dengan isinya kerjaan serbat mumet dan serba maunya cepat-cepat.


Ga ada tempat pelarian senyaman aku kembali di sini. 

Bahkan sekadar terdiam di kasur yang hanya menatap langit-langit pun.


Karna juga selain nyamannya yang selalu membuat rindu,

Atau langit senjanya yang sendu, 

Manusianya adalah Ia sendiri sebagai penyaji syahdu.


Sekali lagi, dan akhirnya betul aku di sini kembali

Dan lalu “nyaman” aku baru lagi belajar mengenali.


Cukup pandangku yang sekali lagi ini jadi pembukti. 


Akhirnya penat dan pelik terbayar sudah meski baru sedikit-sedikit. 

Belum, masih belum cukup.

Aku masih mau betah berlama-lama di sini.

tinggal lebih lebih lama lagi.



Tapi baiklah.

Hari ini mungkin aku yang mengalah.

Biarkan hati ini bergejolak untuk pamit sekali lagi.

Kuyakin besok akan ada syahdu lain lagi.

Terima kasih Jogja dan manusia-manusia seisinya yang dikultuskan. 

Kalian candu.



~~~~


Bonus obat rindu yang candu. Miss you bos-bosku🤗


0 comments:

Post a Comment