Satu hari lagi sudah dilewati. Terus lanjutkan langkah. Jalani, dan pelan-pelan cobalah untuk berdamai. Pada hati. Kepunyaanmu milikmu sendiri. Pada penghambaan diri terhadap manusia lainnya yang dipuja-puja. Berdamai pada menghamba, memuja dalam bentuk cinta, tapi yang sebaik-baiknya cinta.
Ternyata tidak mudah. Tapi bisa.
Sabar. Semuanya butuh proses, dan setiap proses pasti butuh dia punya waktu.
Ikhlaskan segala yang meninggi, yang menjauh, yang mengawang, yang mengalir, yang bergerak tak sesuai irama ketukan yang kau buat sendiri. Masih ada yang jauh lebih berkehendak daripada sekadar apa yang mungkin kamu mau.
Pada akhirnya, tiap-tiap kita sudah diatur. Telah dipertemukan pada momennya. Dan terpisahkan pada waktunya yang sudah ditakdirkan jua.
Tetap bersabar meski hatimu tak berhenti berharap. Kamu bukan satu-satunya. Tapi jangan lenyapkan habis waktumu semuanya, itulah hartamu yang paling berharga.
Kenang, nikmati, dan hargai prosesnya. Wujud penghambaan tertinggi adalah harap-harapmu yang dituangkan dalam doa-doa. Maka bersimpulah dan naikkan doa-doa.
Tidak semua yang kita mau pada akhirnya bisa kita dapatkan. Begitu pula yang sedang banyak kau bayangkan, mungkin kau khayalkan sekarang. Pasrah, berserahlah. Belajar merelakan. Biar semesta yang pelihara dia. Akan lebih bahagia Ia temukan jalannya.
Maka kau tahu apa itu melepaskan. Bagaimana itu mengikhlaskan. Begitulah kau belajar cara terbaik dalam mencinta.
———
Di tengah proses belajar menjadi manusia,
Jakarta, 19 Juni 2020
0 comments:
Post a Comment