Dekat langkah demi langkah mendekat
Derap menderap memori-memori lama itu kembali timbul tenggelam
Layaknya udara hangat di gang sempit ibukota
Meski mengutuk, pada akhirnya hiruk-pikuk itu adalah satu yang kupuja mendekap
Kala tegap langkahku beriring tegas tatapmu
Memaksa bukan cara yang tepat
Semakin kupaksa, bayang-bayang itu tidak akan pernah lenyap dalam sekali kejap
Aku terperangkap
Malam-malam kelam kala itu perlahan telah beranjak
Dan aku paham api dan air adalah obat
Lembut kasihmu, teduhnya nasihatmu
Murkamu, amarahmu,
Kala senyap-senyap gairah enggan bangkit bersemangat
Atau di hari lain kala emosi yang meluap-luap
Kau sejatinya takdir pahit yang dikehendaki menjadi obat
Aku tenang
Bahwa kau adalah sosok itu yang dijanjikan Tuhan
Takdir terang di balik gelapnya gemerlap
Yang semakin kucari nyala, semakin bingung aku tersesat
Dalam lamunan aku mengenang
Tanpa sadar senyapmu adalah benderang
Sunyimu adalah penuntun kiblat
yang selama ini silap kumengejar tanpa sadar
Aku pulang
Mungkin masih dengan hati yang bergejolak
Tapi kini tanpa ada paksaan untuk berkehendak
Aku belajar dari satu hal yang telak
Kau adalah satu babak
Kuanggap sebagai takdir Tuhan yang paling kelam
Tapi dari sanalah aku belajar menjiwai tenang
0 comments:
Post a Comment