October 26, 2021

Mengakhiri Takdir

 Dekat langkah demi langkah mendekat 

Derap menderap memori-memori lama itu kembali timbul tenggelam 

Layaknya udara hangat di gang sempit ibukota

Meski mengutuk, pada akhirnya hiruk-pikuk itu adalah satu yang kupuja mendekap 

Kala tegap langkahku beriring tegas tatapmu


Memaksa bukan cara yang tepat 

Semakin kupaksa, bayang-bayang itu tidak akan pernah lenyap dalam sekali kejap 

Aku terperangkap 


Malam-malam kelam kala itu perlahan telah beranjak 

Dan aku paham api dan air adalah obat 

Lembut kasihmu, teduhnya nasihatmu 

Murkamu, amarahmu, 

Kala senyap-senyap gairah enggan bangkit bersemangat 

Atau di hari lain kala emosi yang meluap-luap

Kau sejatinya takdir pahit yang dikehendaki menjadi obat 


Aku tenang 

Bahwa kau adalah sosok itu yang dijanjikan Tuhan 

Takdir terang di balik gelapnya gemerlap 

Yang semakin kucari nyala, semakin bingung aku tersesat


Dalam lamunan aku mengenang 

Tanpa sadar senyapmu adalah benderang 

Sunyimu adalah penuntun kiblat 

yang selama ini silap kumengejar tanpa sadar


Aku pulang 

Mungkin masih dengan hati yang bergejolak 

Tapi kini tanpa ada paksaan untuk berkehendak 

Aku belajar dari satu hal yang telak 

Kau adalah satu babak

Kuanggap sebagai takdir Tuhan yang paling kelam 

Tapi dari sanalah aku belajar menjiwai tenang 


0 comments:

Post a Comment