Punya uang tapi ga punya waktu, atau banyak waktu tapi ga punya uang? Lebih pilih mana?
Hola! This is Farid again, yang udah sehat after covid dan juga sehat mental after bleeding business on February 🙈
Ini ceritanya lagi quality time bareng Idham dan Kiki di Kafe ala-ala Turki gitu, namanya Warung Turkey di bilangan Kemang, Jakarta Selatan.
Teh hangat di tengah dinginnya hujan bikin suasananya nikmat betul. Terus tiba-tiba ada mainan Congklak dan Monopoli yang lagi nganggur. Kita yang emang basic-nya randomly high positivity vibes (lebih ke kumpulan ekstrovert gabut sih) langsung saja tidak menyiakan kesempatan.
Mainan hampir dua jam, terus pulang-pulang jadi khidmat mikirin tentang uang dan Cappadocia. Cappadocia jelas dari dekorasi kafenya yang serba Turki. Mikirin konsep uang, efek kalah monopoli dari Kiki. Haha
She is such a great lady mafia!!!! Gercep banget abisin duit sana-sini. Tapi ujung-ujungnya juga paling kaya dan sampe bikin bangkrut dua lelaki cupu di hadapannya. Lelaki kardus kalian! (@armidhamar tag Idham😂).
Permainan ini bikin salah fokus karena konsepnya dibuat untuk sharing games, wahana buat having fun and quality time bareng teman dalam grup, tapi kok isinya malah banyak-banyakan duit, siapa kaya dia menang. Niat mau akrab temenan, yang ada saingan kaya-kayaan.
Langsung kepikiran, gue kalo miskin ternyata bisa tetap happy aja ya asal bareng temen-temen? Eh wait.. Jadi orang kaya lebih asik lah, udah punya temen, bisa hepi-hepi lagi bebas ngapain aja ngabisin duit. Damn!
Lelahnya mencari rupiah, siapa sih yang ga ngerasain ini? Ya bahkan yang kaya-kaya pun kayaknya merasakan. Cuman beda konteks aja. Atau soal relativitas berapa banyak jumlahnya.
Alih-alih fokus sama angka, berapa banyak rupiah yang sudah terkumpul, kadang rasanya luput untuk lebih sadar bahwa uang yang diperjuangkan dari hari ke hari pagi sampai malam, Senin sampai Senin lagi, pada akhirnya berujung pada satu pemaknaan tertinggi atas pertanyaan: uangnya dipakai buat apa? sama siapa? Is your money worth your time?
Kalau memang ada satu hal yang lebih berharga dari uang, maka itu adalah waktu. banyak kejadian yang sudah-sudah telah memberi satu kunci pelajaran bahwa waktu jauh lebih berharga nilainya daripada uang. Sayangnya banyak dari kita yang akhirnya terpaksa menggadaikan waktu demi uang. Ya termasuk juga saya ini sih.
“Sori, gua ga sempat, ga ada waktu”
Ini sering banget nih kita dengar di keseharian kita.
Kesempatan untuk bertemu, kesempatan untuk liburan, rekreasi, ketemu sama teman-teman, berkumpul dengan keluarga dan orang kita sayang, dan sebagainya.
Sadar atau tidak, waktu yang jadi bahan dasarnya kesempatan di sini, jadi segitu berharganya. Bahkan saking berharganya, waktu tidak bisa dibeli bahkan bagi orang yang punya banyak uang. Semuanya ujung-ujungnya soal waktu. Waktu yang jadi alat transaksi kita dalam menciptakan berbagai kesempatan.
Jadi inget serial yang lagi hits nih, yang judulnya "Layangan Putus". Di sana diceritakan betapa sempurnanya kehidupan seorang Mas Aris, punya posisi karir yang penting, well paid, istri yang cantik (banget weeyy), anak yang pintar dan lucu, keluarga yang serba berkecukupan dan bahkan royal lah ya. But at the end, Mas Aris melakukan kesalahan fatal atas hidupnya. (Belum nangkep maksudnya? Nonton dulu deh, pasti seruuu).
Meskipun Mas Aris provide kehidupan yang jauh di atas kata cukup buat keluarganya, he is failed. Karena perkara besar yang luput: kepada siapa Ia habiskan waktunya. Seharian penuh bahkan sampai kadang pulang malam di setiap hari-harinya, waktunya habis buat kerjaan. Eh malah ditambah lagi sama kelakuan serong main sama cewe lain pas pulang malam. Bahkan pas weekend yang udah hakikatnya tuh buat family time.
Cappadocia, tempat wisata yang paling terkenal di Turki yang jadi impian Kinan (Istrinya Mas Aris). Tapi Mas Arisnya malah ke sana sama cewek lain; Lidya si Pelakor pro.
Hmm. Makanya dibilang juga apa, kalau sayang itu bukan cuman ngasih uang. Tapi waktu. Karena waktu itu yang jauh lebih berharga bahkan tidak ada bandingannya dengan berapa banyak uang yang kita beri. Aku loh contohnya, saking sayangnya, bela-belain ngasih waktu buat datang ke tempat kamu, buat ketemu sama kamu, minta maaf langsung sama kamu. Sesayang itu aku sama kamuuuuuu (curhat).
Jadi kali ini, di kesempatan yang terhimpit ini coba kita refleksikan kembali soal sebesar apa nilai waktu yang sudah kita habiskan. Time is not money. It is more than that. Time is life.
Aku mau banget selalu ada waktu buat orang-orang yang aku sayang. Tapi sekarang juga kondisinya belum ideal. Aku mau habiskan waktuku dengan uang yang banyak di saku. Biar kalau mau apa-apa, ke mana, jawabnya ayo aja. Makan enak? Baju bagus? Rumah mewah? Pent house? Jalan-jalan keluar negeri? Cappadocia? Lets go aja. Ga ada mikir-mikir lagi. Karena semuanya juga butuh uang. Bayangin jadi pengangguran banyak waktu di rumah tapi ga ada duitnya, mau makan apa? yang ada diusir karena jadi benalu beban keluarga haha😝
Uang bukan segalanya. Tapi segalanya butuh uang.
Jadi kalau ditanya lebih pilih mana; punya waktu tapi ga punya uang, atau punya banyak uang tapi ga punya waktu? Hmm saat ini lebih cocok “punya banyak uang pas lagi ada waktu” kali yah.
Aku ga akan jawab gamblang; punya dua-duanya lah, punya banyak uang dan banyak waktu. Dasar. Itu kata-kata orang yang over-oportunis doang. Just me trying to be realistic.
Yahud juga sih kalau ada kerjaan yang waktunya fleksibel, dan menghasilkan uang yang banyak. Ada ga sih? Oh ya ada! Be your own boss.
Orang kaya aturannya cuma satu, bikin usaha dan jadi Bos. Udah simpel kan? Tapi mudah? Nah ini. Mungkin bukan susah ya, jawabannya lebih kepada "ini bukan sesuatu yang mudah". Resikonya ga ketakar, effortnya dua kali lebih susah, dan lagi-lagi juga butuh waktu.
Daripada mengorbankan banyak hal, banyak orang ga berani ambil taruhan gede atas cap gagal dalam hidupnya.
Yaudah akhirnya kebanyakan orang memilih main aman aja jadi penghamba atas kerja-kerja yang diatur oleh bosnya. Termasuk ya, saya juga. Lalu kita akhirnya terjerumus kerja, yang penting ada uangnya dan jadi sumber utama penyambung hidup buat diri dan keluarga. Syukur-syukur uangnya lebih buat bisa nafkahin cewe simpanan.
Yok bisa yok success before thirty-nya.
Kadang abis nulis random thoughts gini, pas baca lagi malah makin bingung sendiri. Yaudahlah pokoknya gitu aja. See you!
----
Cipete, 7 Maret 2022
Lagi dikangenin Ibu, katanya udah lama ga pulang.
Padahal udah berusaha semampunya biar ada transferan tiap bulan. Tapi ya emang bukan itu.
Waktu bersama beliau adalah hal yang paling mahal yang sedang Ia minta.
Dan waktu yang sedang kugadaikan pula atas kesibukan ibukota, yang harus kutebus atas pintanya itu.
0 comments:
Post a Comment