September 26, 2016

Menjelang UN General Assembly session- 71st; OBAMA, PUTIN, DAN PERSPEKTIF TERHADAP POLITIK GLOBAL

Bulan September bagi mahasiswa HI harusnya menjadi salah satu momen penting dan tidak boleh dilewatkan. Ada apa gerangan Check this out!

United Nations General Assembly (UNGA), atau Sidang Umum PBB adalah sebuah konferensi pertemuan para pemimpin negara dunia di bawah kerja sama PBB, untuk membahas berbagai isu dan draf resolusi penyelesaian berbagai permasalahan dunia. UNGA tahun 2016 ini terhuitung sebagai sesi ke-71 dan sebentar lagi akan diadakan. Direncanakan acara ini akan dihelat pada tanggal 13 Oktober 2016 di UN Headquarters, New York, Amerika Serikat.

Barrack Obama dalam sambutannya di pembukaan Sidang Umum PBB tahun lalu. (sumber: https://medium.com/@WhiteHouse/president-obama-addresses-the-71st-united-nations-general-assembly-e08ac0a7b5c2)

Dalam sejarah panjang politik dunia berjalan dalam peradaban manusia, tidak dapat dipungkiri bahwa perspektif atau cara pandang manusia sangat besaar dalam emmengaruhi sikapnya dalam berinteraksi dengan pihak atau sistem negara lainnya. Hal ini berkaitan erat dengan melihat bagaimana pandangan terhadap politik dunia, atau World View sangat berpengaruh terhadap tindakan suatu negara dalam berinteraksi dan berhubungan dengan negara lainnya. menjelang dihelatnya kembali Sidang Umum PBB yang tahun ini memasuki sesi ke-71, berikut sedikit gambaran kebali melihat bagaimana situasi politik dunia yang dapat diamatai dari penyampaian pidato yang disampaikan oleh pemimpin-pemimpin negara yang hadir dan lebih spesifik lagi yakni pidato dari dua pemimpin negara besar yang saling berseberangan dalam ideologi politiknya, Barrack Husein Obama dan Vladimir Putin. 
Barrack Obama dan Vladimir Putin adalah pemimpin dari dua negara adidaya yang saling berseberangan, Amerika Serikat dan Rusia. Kedua negara ini memiliki pandangan yang sangat berbeda dalam melihat hubungan internasional yang terjadi dalam politik global dan hal ini dapat dilihat lebih dekat dalam perilaku, pemikiran hingga pernyataan yang ditunjukkan kepada publik. Perbedaan ideologi dan persepsi terhadap politik global dari keduanya secara jelas terlihat sangat bertolak belakang, salah satunya dapat dilihat melalui pidato keduanya dalam Sidang Majelis Umum PBB 28 September 2015 yang dilaporkan oleh Erik Vouten.
Dari laporan sekaligus review yang disusun oleh Voeten yang berjudul Putin and Obama  Clash Over International Relations Theory, momentum sidang majelis Umum PBB tersebut digunakan kedua tokoh, baik Putin maupun Obama untuk berpidato dan menyampaikan gagasannya terkaitan peta politik dunia dalam perspektif negara masing-masing. Menariknya, ulasan Voeten dalam tulisan ini sangat mengundang prhatian lebih jauh karena mencoba menganalisis lebih jauh bagaimana pandangan politik kedua pemimpin negara ini mewakili perspektif dan ideologi politik yang dianut oleh masing-masing negaranya.
            Pandangan atau worldview yang lebih bersifat liberal ditunjukkan oleh presiden Obama, dilihat dari bagaimana visi Amerika Serikat yang digambarkan yakni untuk menyebarkan nilai-nilai dasar atau basic virtues liberalisme melalui politik luar negeri. Pidato Obama menyatakan bahwa negara sudah seharusnya mengaahrgai PBB dengan tanggungjawab dan loyalitasnya mampu diandalkan menjadi pusat dari tatanan liberal, terlebih dengan potensi semakin diperkuatnya penghormatan pada hukum internasional, HAM, serta demokrasi melalui legitimasi terhadap PBB yang dibangun oleh seluruh negara di dunia. Dalam pidato tersebut presiden Obama juga mengulas bagaimana PBB sebagai sebuah organiasasi internasional telah abnyak terlibat dalam berbagai upaya penyeelsaian konflik dan permasalahan-permasalahan internasional dan mendorong interaksi kerj sama antar negara dan pengembangan bidang ekonomi yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dunia dan mengurangi persentase masyarakat miskin dan pengangguran secara global.
Jika dianalisis lebih jauh, penyataan-pernyataaan yang disampaikan Obama dapat dilihat sebagai sebuah bentuk optimisme yang kuat dalam meyakini peranan PBB sebagai organisasi internasional cukup besar dalam penyelesaian konflik internasional. Hal ini sangat dengan bagiamana perspektif liberal sebagai wordview terhadap politik global yang membangun asumsi bahwa negara sejatinya memiliki potensi untuk membangun perdamaian universal dengan cara-cara kerja sama, mengutamakan hubungan baik dan diplomasi, penghormatan terhadap hukum-hukum internasional yang disepakati bersama, dan juga mengutamakan Hak Asasi Manusia dan kebebasan manusia sebagai bagian dari kemerdekaan yang dimilikinya. Sebagaimana yang diketahui bersama, kebutuhan masyarakat global yang terus berkembang secara dinamis mendorong interaksi antar negara kian intens dalam menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan yang muncul. Dalam mengatasi permasalahan yang muncul, negara-negara kemudian mulai membentuk suatu tatanan atau organisasi internasional seperti Liga Bangsa-Bangsa (League of Nations) dan saat ini Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) yang merupakan wujud kesepakatan untuk membentuk rezim yang mampu menekan kecenderungan dominasi dari negara besar dan sekaligus menghidari tertindasnya negara-negara lainnya.  
Selain membangun optimisme yang kuat terhadap orde internasional yang damai dan menghargai kebebasan, berdirinya presiden Obama dalam menyampaikan pidato tentang nilai-nilai kerja sama, integritas negara dan penghargaan terhadap PBB yang merepresentasikan Amerika Serikat ini juga dapat dilihat sebagai ajang mempertegas kembali tujuan atau cita-cita Amerika untuk menyebarkan nilai-nilai liberal yang dibawanya sejak akhir Perang Dunia II. PBB dijadikan sebagai alat yang tepat untuk mengimplementasikan nilai-nilai kerja sama, kebebasan, penghargaan terhadap Ham, dan konsep-konsep pemikiran dasar liberal lainnya yang dipercaya oleh Amerika.
Meskipun semangat untuk menciptakan perdamaian itu cukup besar, terlepas dari berbagai intervensi dan keterlibatan yang dilakukan oleh organisasi internasional PBB dalam menyelesaikan berbagai konflik internasional, tidak dapat dipungkiri hingga saat ini banyak pihak yang masih meragukan kefektifan dari eksistensi organisasi internasional mengingat perang dan konflik-konflik internasional hingga saat ini masih saja terjadi.  Presiden Putin menyatakan secara jelas dalam pernyataannya bagiamana sikap Amerika Serikat melalui berbagai intervensi yang dilakukannya adalah bentuk dari arogansi. Menurutnya, fungsi dari PBB dalam urusan hubungan internasional saat ini bukan untuk mencampuri konflik-konflik domestik yang terjadi karena hal tersebut jelas telah jauh merendahkan kedaulatan negara lain.  Serangan militer dan perang sipil misalnya yang saat ini masih terjadi di Sudan Sulatan dan Suriah yang banyak menyita perhatian PBB baik secara moril maupun materil demi terselesaikannya permasalahan ini dengan segera. Belum lagi konflik yang tercipta di Ukraina atau potensi konflik yang muncul dari ketegangan dalam isu perebutan kekuasaan Laut China Selatan, dan yang tak kalah kompleksnya yaitu ancaman terorisme yang sedang dihadapai oleh hampir seluruh negara-negara di dunia saat ini. Permasalahan-permasalahan ini jika dilihat tentunya kian menunjukkan bagaimana intervensi Amerika Serikat yang dalam tujuan menjaga perdamaian dunia dan menyelesaikan konflik yang terjadi justru memicu konflik berembang menjadi lebih besar dan bahkan memantik kian memanasnya hubungan antar negara.

Oleh sebab itu pokok utama perspektif sebagaimana yang dapat ditangkap dari pidato presiden Putin adalah pemahaman terhadap politik dunia yang lebih menggunakan kaca mata realis bahwa sudah seharusnya tanggungjawab PBB diarahkan lebih besar terhadap penyelesaian masalah-masalah yang lebih krusial dan universal yang dihadapi oleh semua negara seperti perang dan isu terorisme dengan memprioritaskan kedaulatan masing-masing negara sebagai prioritas utama di atas segalanya. PBB tidak dibentuk untuk menyamakan posisi dan kekuatan seluruh negara yang memutuskan menjadi anggota PBB, namun menurut Putin forum ini harusnya dimanfaatkan bagi negara-negara untuk membangun aliansi dan melawan ancaman musuh bersama yang dihadapi dan menjunjung tinggi kedaulatan yang dimiliki setiap negara.
Kurang lebih kedua negara baik Amerika Serikat maupun Rusia memiliki ideologi dan perspektif yang berbeda dalam melihat politik global. Hal ini tentunya menarik dalam memunculkan bebagai dinamika dalam hubungan internasional dan berbagai interaksi yang terjadi. Di tahun ini perhelatan Sidang umum PBB akan kembali digelar. Maka mari kita nantikan bagaimana jalannya sidang PBB berlangsung, dan tentunya mari kita simak dan analisis berbagai konten materi pidato yang akan dibawakan oleh masing-masing pemimpin negara. Tidak hanya Obama dan Putin, besok kita nampaknya juga harus melihat bagaimana presiden Jokowi berdiri di hadapan sidang, dan kira-kira materi apa yang akan disampaikannya di hadapan seluruh pemimpin negara dunia.  

0 comments:

Post a Comment