October 18, 2019

Menjelajahi Waktu





Time is gold, time is money.”

Ketika pertama kali datang ke Jakarta, sebagai pendatang baru ada banyak hal menakjubkan dan menarik untuk dijelajahi. Bahkan sesederhana makanan khas, jajanan hingga transportasi umum seperti busway dan MRT. Tanpa sadar, momen-momen baru yang aku lalui itu ternyata meninggalkan banyak jejak rekam pengalaman baru yang justru membuat rasanya waktu dua-tiga minggu berjalan begitu panjang.

Aku pribadi tidak menyangka keluar dari zona nyaman kehidupan Jogja yang begitu penuh dengan kesenangan dan hura-hura rekreasi bareng teman ternyata sebegini mengasyikkannya. Meskipun menghadapi kehidupan ibukota Jakarta yang katanya keras dan kejam, tapi ternyata jika dihadapi dengan energi positif sebesar-besarnya, maka hal-hal burukpun bisa jadi baik. Bisa jadi kan pengalaman buruk itu justru sesuatu yang bisa disyukuri karena menjadi bagian dari pembelajaran hidup yang tak ternilai harganya.

Bayangkan gimana rasanya pertama kali datang ke tempat baru, bertemu dan berkenalan dengan orang-orang baru, dan bahkan belum tahu akan tinggal di mana, atau referensi makan dan hidup seperti apa yang ada di tempat baru. Kira-kira hampir sebulan ini aku menyelami dunia yang serba asing dan jauh berbeda dari sebelumnya. Dan tentu, meskipun punya beberapa teman dan famili jauh di Jakarta, aku memilih memulai semuanya sendiri. Tidak gampang memang, apalagi keluar dari zona nyaman dimana kehidupan Jogja aku tinggalkan setelah proses kurang lebih lima tahun lamanya, nampaknya baik-baik saja. Yah meskipun bukan borju, setidaknya masih berkecukupan dan tidak ada hal buruk yang mendesak. Makan, tidur, nongkrong, rekreasi bahkan di hari weekdays rasanya semua fine-fine aja. Tapi setelah akhirnya memberanikan diri meninggalkan itu semua dan hari demi hari dua-tiga minggu yang super padat, aku bisa bilang rasanya spektakuler dan menyenangkan!

Ada misteri di balik dimensi waktu yang Aku jalani ini. Biasanya kalau kita senang dan menikmati sebuah momentum, waktu berjalan begitu cepatnya. Sebaliknya juga, ketika menghadapi kegiatan yang membosankan membuat kita menghadapi waktu yang rasanya lambaaat banget bergeraknya. Nah tapi coba dengan momen yang baru saja aku lalui ini. Pindah ke Jakarta 3 Minggu yang lalu, menikmati banyak hal baru dan melalui itu semua dengan senang, menikmati setiap detik dan setiap momen yang terjadi, dan boom! Berbalik ke belakang rasanya tidak percaya kalau semua hal asyik yang sudah aku lalui ini baru berlalu 3 minggu. Belum cukup sebulan bahkaaaan.😂😂😅

Bukan berarti segalanya berjalan mudah dan baik-baik saja. Tapi ternyata dengan keluar dari zona nyaman dan berhadapan dengan banyak hal baru adalah tantangan tersendiri yang justru secara tidak langsung membangun kekuatan mental sekaligus kreativitas yang jauh lebih berkembang.

Keluar dari rutinitasi yang monoton dan menghadapi situasi yang baru telah mendorong aku banyak berpikir dan beraktivitas lebih dinamis. Dampaknya, bukan hanya pengembangan diri yang jauh lebih baik, tetapi juga rasanya ada sensasi psikologis yang besar terhadap pengalaman-pengalaman baru yang aku dapatkan di sini. Memori-memori yang tercipta menjadi serentetan yang mengalir padat dan panjang.

Kalau diingat-ingat kembali, saat kita kecil juga sensasinya kurang lebih sama. Waktu 24 jam 7 hari dalam seminggu, seharusnya adalah satu porsi yang sama dari dulu dan sekarang. Tapi tentu, bagaimana menjalani satu hari saat kita kecil rasanya panjaaang banget dari pagi sampai malam beda banget pas kuliah tiba-tiba jangankan sehari, bahkan waktu satu bulan bisa berjalan begitu cepatnya. Dari sini aku meyakini kalau sebenarnya persepsi kita terhadap waktu itu bukan sama sekali soal setua apa usia kita. Tapi cenderung lebih kepada seberapa unik dan menarik cerita-cerita yang kita lalui dalam hari-hari yang berjalan.

Kalau pas kecil mungkin dalam satu hari itu setiap menit ke menit kita berkenalan dan mencari tahu sesuatu yang baru, maka serentetan memori baru dalam jumlah yang banyak itu yang membangun persepsi dimensi waktu yang berjalan relatif lebih lambat. Semakin gede kita makin terbiasa dengan hal-hal dasar yang menjadi rutinitas dan pada akhirnya tanpa terasa waktu mengalir begitu saja dan berlalu tanpa disadari.

Dimensi waktu yang berjalan cepat ini sangat terasa khususnya dua tahun terakhir yang aku habiskan di kampus setelah menyelesaikan dunia perkuliahan. Setiap hari yang diisi dengan pekerjaan yang ga ada habisnya dan ternyata akhirnya membuat aku melewatkan perputaran waktu yang begitu cepatnya. Sampai-sampai beneran ga sadar kalau kelulusan itu udah setahun berlalu.

Dari sini aku belajar bahwa ternyata ada cara untuk menghentikan waktu, atau setidaknya memperlambat perputara waktu berjalan: menjalani waktu itu sendiri. Syaratnya adalah dengan menikmati waktu itu dengan sesuatu yang baru dan di luar kebiasaan. Terkadang merombak kebiasaan lama dan memberanikan diri untuk memulai sesuatu yang baru di luar zona nyaman justru adalah cara terbaik dalam menikmati hidup yang sangat singkat.

Jadi, kalau mulai merasa gampang capek, kesel dan emosi ke segala sesuatu, atau bahkan terang-terangan merasa bosan sama hidup, makaaaa jalan keluarnya adalah mencari kebahagiaan dengan dimensi yang baru! Bisa jadi dengan mengambil hobi baru, melakukan aktivitas yang baru, bahkan sesederhana melihat sesuatu dengan perspektif baru yang mungkin yang tidak biasa bagi kita. Jangan sampai di hari kita terbersit “bosan kok hidup gini-gini aja.” Kalau udah mulai ngerasain kaya gini, coba deh mulai dengan hal simpel kaya rapi-rapi kamar dan menggeser letak-letak lemari dan tempat tidur ke tempat yang berbeda. Suasana baru untuk merangsang pikiran terbuka dengan sesuatu yang baruuu~

Ibarat menjalani hubungan sama pacar, jangan sampai treatmentnya bikin boring si doi dan akhirnya pelan-pelan rasanya makin b aja alias hambar. 😬😬 Jika segala sesuatu yang baik mulai terasa biasa saja, hati-hati! Bisa jadi itu adalah tanda kalau kita sudah lama menjalani sesuatu di bawah zona nyaman dan pikiran bawah sadar mulai meronta untuk menuntut tantangan yang lebih berbeda.

Reminder: serumit apapun hidup, pada akhirnya sudut pandang kita yang menentukan. Seberapa berharga nilai dari waktu yang kita miliki adalah bergantung pada seberapa berharga momentum yang kita torehkan di dalamnya. Kalau tidak ada upaya untuk mau melakukan perubahan, pada akhirnya “waktu adalah uang” seperti quote di awal hanyalah sebatas semboyan belaka.

Kurang lebih itu adalah sekelumit pemikiran sempat terpintas beberapa hari terakhir ini pemirsa.😂😂

Dan semoga besok dan lusa hingga di ujung hari, pelajaran soal memaknai waktu ini menjadi modal penting buat benar-benar berfokus menciptakan momen-momen bermakna dalam menjalani hidup. Berbahagia dengan orang yang kita sayangi, dan ciptakan kenangan terbaik untuk mengabadikan waktu. Cheers!☺️


0 comments:

Post a Comment