Barrack Obama dalam sambutannya di pembukaan Sidang Umum PBB tahun lalu. (sumber: https://medium.com/@WhiteHouse/president-obama-addresses-the-71st-united-nations-general-assembly-e08ac0a7b5c2) |
September 26, 2016
Menjelang UN General Assembly session- 71st; OBAMA, PUTIN, DAN PERSPEKTIF TERHADAP POLITIK GLOBAL
Bulan September bagi mahasiswa HI harusnya menjadi salah satu momen penting dan tidak boleh dilewatkan. Ada apa gerangan Check this out!
United Nations General Assembly (UNGA), atau Sidang Umum PBB adalah sebuah konferensi pertemuan para pemimpin negara dunia di bawah kerja sama PBB, untuk membahas berbagai isu dan draf resolusi penyelesaian berbagai permasalahan dunia. UNGA tahun 2016 ini terhuitung sebagai sesi ke-71 dan sebentar lagi akan diadakan. Direncanakan acara ini akan dihelat pada tanggal 13 Oktober 2016 di UN Headquarters, New York, Amerika Serikat.
Dalam sejarah
panjang politik dunia berjalan dalam peradaban manusia, tidak dapat dipungkiri
bahwa perspektif atau cara pandang manusia sangat besaar dalam emmengaruhi
sikapnya dalam berinteraksi dengan pihak atau sistem negara lainnya. Hal ini
berkaitan erat dengan melihat bagaimana pandangan terhadap politik dunia, atau World View sangat berpengaruh terhadap
tindakan suatu negara dalam berinteraksi dan berhubungan dengan negara lainnya. menjelang dihelatnya kembali Sidang Umum PBB yang tahun ini memasuki sesi ke-71, berikut sedikit gambaran kebali melihat bagaimana situasi politik dunia yang dapat diamatai dari penyampaian pidato yang disampaikan oleh pemimpin-pemimpin negara yang hadir dan lebih spesifik lagi yakni pidato dari dua pemimpin negara besar yang saling berseberangan dalam ideologi politiknya, Barrack Husein Obama dan Vladimir Putin.
Barrack Obama
dan Vladimir Putin adalah pemimpin dari dua negara adidaya yang saling
berseberangan, Amerika Serikat dan Rusia. Kedua negara ini memiliki pandangan
yang sangat berbeda dalam melihat hubungan internasional yang terjadi dalam
politik global dan hal ini dapat dilihat lebih dekat dalam perilaku, pemikiran
hingga pernyataan yang ditunjukkan kepada publik. Perbedaan ideologi dan
persepsi terhadap politik global dari keduanya secara jelas terlihat sangat
bertolak belakang, salah satunya dapat dilihat melalui pidato keduanya dalam
Sidang Majelis Umum PBB 28 September 2015 yang dilaporkan oleh Erik Vouten.
Dari laporan sekaligus review yang disusun oleh Voeten
yang berjudul Putin and Obama Clash Over International Relations Theory, momentum
sidang majelis Umum PBB tersebut digunakan kedua tokoh, baik Putin maupun Obama
untuk berpidato dan menyampaikan gagasannya terkaitan peta politik dunia dalam
perspektif negara masing-masing. Menariknya, ulasan Voeten dalam tulisan ini
sangat mengundang prhatian lebih jauh karena mencoba menganalisis lebih jauh
bagaimana pandangan politik kedua pemimpin negara ini mewakili perspektif dan
ideologi politik yang dianut oleh masing-masing negaranya.
Pandangan atau worldview yang lebih bersifat liberal
ditunjukkan oleh presiden Obama, dilihat dari bagaimana visi Amerika Serikat
yang digambarkan yakni untuk menyebarkan nilai-nilai dasar atau basic virtues liberalisme melalui
politik luar negeri. Pidato Obama menyatakan bahwa negara sudah seharusnya
mengaahrgai PBB dengan tanggungjawab dan loyalitasnya mampu diandalkan menjadi pusat
dari tatanan liberal, terlebih dengan potensi semakin diperkuatnya penghormatan
pada hukum internasional, HAM, serta demokrasi melalui legitimasi terhadap PBB
yang dibangun oleh seluruh negara di dunia. Dalam pidato tersebut presiden
Obama juga mengulas bagaimana PBB sebagai sebuah organiasasi internasional
telah abnyak terlibat dalam berbagai upaya penyeelsaian konflik dan
permasalahan-permasalahan internasional dan mendorong interaksi kerj sama antar
negara dan pengembangan bidang ekonomi yang mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dunia dan mengurangi persentase masyarakat miskin dan pengangguran
secara global.
Jika dianalisis
lebih jauh, penyataan-pernyataaan yang disampaikan Obama dapat dilihat sebagai
sebuah bentuk optimisme yang kuat dalam meyakini peranan PBB sebagai organisasi
internasional cukup besar dalam penyelesaian konflik internasional. Hal ini
sangat dengan bagiamana perspektif liberal sebagai wordview terhadap politik global yang membangun asumsi bahwa negara
sejatinya memiliki potensi untuk membangun perdamaian universal dengan
cara-cara kerja sama, mengutamakan hubungan baik dan diplomasi, penghormatan
terhadap hukum-hukum internasional yang disepakati bersama, dan juga
mengutamakan Hak Asasi Manusia dan kebebasan manusia sebagai bagian dari
kemerdekaan yang dimilikinya. Sebagaimana yang diketahui bersama, kebutuhan masyarakat
global yang terus berkembang secara dinamis mendorong interaksi antar negara
kian intens dalam menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan yang muncul. Dalam
mengatasi permasalahan yang muncul, negara-negara kemudian mulai membentuk
suatu tatanan atau organisasi internasional seperti Liga Bangsa-Bangsa (League of Nations) dan saat ini
Perserikatan Bangsa-Bangsa (United
Nations) yang merupakan wujud kesepakatan untuk membentuk rezim yang mampu
menekan kecenderungan dominasi dari negara besar dan sekaligus menghidari
tertindasnya negara-negara lainnya.
Selain membangun
optimisme yang kuat terhadap orde internasional yang damai dan menghargai
kebebasan, berdirinya presiden Obama dalam menyampaikan pidato tentang
nilai-nilai kerja sama, integritas negara dan penghargaan terhadap PBB yang
merepresentasikan Amerika Serikat ini juga dapat dilihat sebagai ajang
mempertegas kembali tujuan atau cita-cita Amerika untuk menyebarkan nilai-nilai
liberal yang dibawanya sejak akhir Perang Dunia II. PBB dijadikan sebagai alat
yang tepat untuk mengimplementasikan nilai-nilai kerja sama, kebebasan,
penghargaan terhadap Ham, dan konsep-konsep pemikiran dasar liberal lainnya
yang dipercaya oleh Amerika.
Meskipun
semangat untuk menciptakan perdamaian itu cukup besar, terlepas dari berbagai
intervensi dan keterlibatan yang dilakukan oleh organisasi internasional PBB dalam
menyelesaikan berbagai konflik internasional, tidak dapat dipungkiri hingga
saat ini banyak pihak yang masih meragukan kefektifan dari eksistensi
organisasi internasional mengingat perang dan konflik-konflik internasional hingga
saat ini masih saja terjadi. Presiden
Putin menyatakan secara jelas dalam pernyataannya bagiamana sikap Amerika
Serikat melalui berbagai intervensi yang dilakukannya adalah bentuk dari
arogansi. Menurutnya, fungsi dari PBB dalam urusan hubungan internasional saat
ini bukan untuk mencampuri konflik-konflik domestik yang terjadi karena hal
tersebut jelas telah jauh merendahkan kedaulatan negara lain. Serangan militer dan perang sipil misalnya
yang saat ini masih terjadi di Sudan Sulatan dan Suriah yang banyak menyita
perhatian PBB baik secara moril maupun materil demi terselesaikannya
permasalahan ini dengan segera. Belum lagi konflik yang tercipta di Ukraina
atau potensi konflik yang muncul dari ketegangan dalam isu perebutan kekuasaan
Laut China Selatan, dan yang tak kalah kompleksnya yaitu ancaman terorisme yang
sedang dihadapai oleh hampir seluruh negara-negara di dunia saat ini. Permasalahan-permasalahan
ini jika dilihat tentunya kian menunjukkan bagaimana intervensi Amerika Serikat
yang dalam tujuan menjaga perdamaian dunia dan menyelesaikan konflik yang
terjadi justru memicu konflik berembang menjadi lebih besar dan bahkan memantik
kian memanasnya hubungan antar negara.
Oleh sebab itu
pokok utama perspektif sebagaimana yang dapat ditangkap dari pidato presiden
Putin adalah pemahaman terhadap politik dunia yang lebih menggunakan kaca mata
realis bahwa sudah seharusnya tanggungjawab PBB diarahkan lebih besar terhadap
penyelesaian masalah-masalah yang lebih krusial dan universal yang dihadapi
oleh semua negara seperti perang dan isu terorisme dengan memprioritaskan
kedaulatan masing-masing negara sebagai prioritas utama di atas segalanya. PBB
tidak dibentuk untuk menyamakan posisi dan kekuatan seluruh negara yang
memutuskan menjadi anggota PBB, namun menurut Putin forum ini harusnya
dimanfaatkan bagi negara-negara untuk membangun aliansi dan melawan ancaman
musuh bersama yang dihadapi dan menjunjung tinggi kedaulatan yang dimiliki
setiap negara.
Kurang lebih kedua negara baik Amerika Serikat maupun Rusia memiliki ideologi dan perspektif yang berbeda dalam melihat politik global. Hal ini tentunya menarik dalam memunculkan bebagai dinamika dalam hubungan internasional dan berbagai interaksi yang terjadi. Di tahun ini perhelatan Sidang umum PBB akan kembali digelar. Maka mari kita nantikan bagaimana jalannya sidang PBB berlangsung, dan tentunya mari kita simak dan analisis berbagai konten materi pidato yang akan dibawakan oleh masing-masing pemimpin negara. Tidak hanya Obama dan Putin, besok kita nampaknya juga harus melihat bagaimana presiden Jokowi berdiri di hadapan sidang, dan kira-kira materi apa yang akan disampaikannya di hadapan seluruh pemimpin negara dunia.
Internship in Eisai Indonesia, DAMN! How Lucky I am!
By Farid Ali SyahbanaMonday, September 26, 2016anak muda, Campus Lyfe, Jakarta, Jalan-jalan, Kampus UGM, motivasi, pengembangan diriNo comments
For me, Internship Program in PT Eisai Indonesia is one of the most valuable experience ever. Thank you AIESEC for this opportunity.
Hola! My
name is Farid Ali Syahbana, I am part of AIESEC Indonesia from Local Chapter Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
During my participation in AIESEC, I was actively join in many project and program that initiated to elaborate our skill and potential as young generation. Our big vision that to fulfill humankind potential and more contribution for better future.
One of very memorable experience for me during join AIESEC is the Eisai Project, a short internship program held in collaboration with PT Eisai Indonesia that invited 3 chosen medical students to come to PT Eisai Indonesia, to learn, discuss and participate more as member of company.
With 3 medical students of Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta, they are; Toni Febriyanto, Sania
Rifa Zaharadina, and Maria Seraphine, I was invited as chosen participant to join the program called Eisai Project. This is a Short Internship Program held by AISEC youth organization in partnership with PT. Eisai Indonesia to join and becoming corporate member of PT Eisai Indonesia during five days. The internship program intensively dedicated to introduce PT Eisai Indonesia among medical students and their roles in Lymphatic Filariasis desease in indonesia. The main agenda of the short internship is to give professional experience to the chose participants about healthy life and disease medication and prevention, with core activities that are Eisai Diethylcarbamazine (DEC) Project Managers Meeting, Factory Visit and BELKAGA (Bulan Eliminasi Kaki Gajah) Event.
So many interesting things during the 5 days of the short internship program by story below. Let's check this Out!
As a Coordinator staff of Internship Human Resources in Department of Outgoing Global Internship Program AIESEC UGM, it was an honor to deliver our services to become a hub for young talent to reach their future dreams by professional experience. Eisai Project is one of our collaboration program to give opportunity for 3 chosen medical students to join the short internship program and directly in touch with specific issue of Lymphatic Filariasis disease in Indonesia.
For me, this program is a really interesting yet a challenging one. As a Social and Political Science
student, who majoring International Relations, my academical background is not covering such the medical science to discuss about certain disease in front of people. Even more when its about discuss the Lymphatic Filariasis and DEC medicines, which is the main topic in this program.
But its not a big deal, when I know that PT Eisai as our partner in this program have prepared a great event named Eisai Project Managers Meeting that invited all the project managers from all
around the world to discuss, share and learn. What a great opportunity for me to enlarge my network and got a such very special experience from this program.
It was an honor for me as an AIESEC member to join with the project managers. Not only because they was very kind with us, when even they know we are just a student, they also can be a very good mentor, that give us so many insights and knowledge during our participation along the agenda for five days.
That’s why we're becoming close each other and bring the joyful for every single moment during the days of this our short internship program.
September 29th: Introduction in PT Eisai Indonesia Central Office
Our first day: around nine o'clock in the morning, I and three of UGM medical students; Sania, Sera and Toni just arrived in Jakarta and directly attend the preparation of this managers meeting on September 29th. Sania, Sera and Toni were passed our selection process during last month to eligible to become participant for this program.
As the first day, we got company orientation session to know more about Eisai company profile, the philosophy of the company delivered by president director of PTEI, Mrs. Diena Tjiptadi and Project committe Ms Risa Kamata.
What I found a really interesting from Eisai company was about the background of its philosophy it self. Eisai was an unique pharmaceutical company compared to other companies because of its philosophy that was human health care or HHC. The meaning was “We give our first thoughts to patients and their families, and to increasing the benefits health care provides.” I think it is more than a dedication by the human value; they put the patients and their families as the top priority rather than the business activities.
Further more, the introduction meeting in this first day also conducted us to got got the explanation about how Eisai’s support for LF elimination program by their projects general introduction, watched video about Eisai participant in DEC project, drug regulatory and code of conduct in Indonesia. Further more, they also well spoken to tell us about Japan social and culture, the country where the Eisai company originated, as well both of our mentors of the day; Ms. Risa Kamata, and Mr. Kentaro Nagane.
September 30th: Knowing LF Disease and Project Managers Meeting
Proceed to the second day on September 30th, the meeting of DEC Project Manager officially started and in this meeting I face so many new faces which came from different country. They were came to representing their Eisai Company in their country and also presenting how their DEC project run before, and how the progress. The meeting started at 9 am. It held in a middle sized room with many new faces I’ve seen presenting their own country. They were friendly and with an open hearted approached the students first. We feel like an important guest there.
They gave us their business card before introduced themselves to us. And then we separated into 2 big groups with each are consist of 8 persons to got the orientation first. After that, we had an ice breaking before start the formal meeting, Mrs. Risa who bring the game coming into the panel was called it “Traffic Jam” game.
This game taught me quite lot of things. First, I learned about team work. Because we are divided into two big group so everyone had to discuss and work together to get the solution of the problems. Second, I learned about respecting others. Everyone had their opinion, so we couldn’t be selfish. We had to hear other opinion and discuss it together to achieve our goal. Third, enjoying the process and never hear what people said. Because the opposite team were very rarely sounding too loud and cheers shown like won the game, that’s make my group become stressed more.
But really happy and proud that we can handle the problems calmly by together, we solved the problems, and we show the final answer of solution with really smooth just only by one trial. Of course it is an awesome since the opposite team cann’t finish the challenge until three times trial. After had fun with the game, the next agenda was presentation about hhc and SECI model.
I just realized that it turns out the previous game which we played before became a model of how SECI method is executed. From the presentation, another thing that made me interested was about the value of Eisai Company. “Eisai’s objectives values was not only to get profit, sales, costs but more likely to get patient’s satisfaction because when patients satisfied, then the profit will follow automatically” that’s how Mr. Takayama San explain to us about how Eisai philosophy run until now a days.
After that, the agenda move to presentation from manager of DEC project in each country. I was looking forward to see each manager’s presentation. The presentation was about how the projects of DEC medicine has been run until this year, how the activities done in each country, and how long result of their project, challenges that they had while doing DEC project as well as the participant could give comment or ask question about the presentation. It’s really nice to see this global partnership and knowing that every country work together to eliminate lymphatic filariasis by 2020 as our common target.
In addition: We also had some fun at night when we gathered and ate our dinner together with some old Japanese music and good food. yummy :)
October 1st: Socialization with LF patients in Bogor Factory, and Join BELKAGA event
The next day, we went to Bogor factory by bus. On the way to Bogor factory we sat by our group in the bus to discuss three questions given which asking about the summarize of what the meeting material in the 2nd day talking about.
The discussion talking about what is HHC philosophy, why do we need to socialize with patients, and why is the target patient. How lucky that I have the great team members, Mr. Fabian Gusovsky and Mrs. Valerie Ann L. Valeza.
We discussed the answers very nice and approximately after one hour we arrived at Bogor factory. From green environment of Eisai Bogor factory, I could see that this factory had a good quality management for its surrounding environment. The factory was very comply and commit to keep the place safety and healthy for every single person of their guests. High quality standard of health and cleanliness is a must and even become their top priority in this company. This shown from whole days during our activities there, cleanliness of transportation, temperature check, and so on to ensure all of us in a good and health enough to enter the factory. In the factory hall, we met with two of the LF patients, and they share to us about their stories and personal life related to the disease.
We had a dialogue with the Lymphatic Filariasis (LF) patients, they shared their feelings and thought, their hope and maybe what the needs that we and company can provide. The discussion running smoothly, where we could ask freely about their life, how come the got the disease, and try to express our willingness to help them. Sharing session with the LF patients is one of enjoyable moment for me, when I can hear their struggles, how hard the survived, and how inspiring their willingness to recover from the disease.
During the discussion, we have two translators to help us to communicate inter-language; English, Bahasa Indonesia, and the local language (Sundanese). The discussion was very insightful, that we can know deeper about the Lymphatic Filariasis disease, the patients background, their process to heal until their inspiring story to got recovery soon.
After hear and learn directly with the LF patients, we are moving to the center of the city to join one of the biggest event in the year, Bulan Eliminasi Kaki Gajah (BELKAGA) - Lymphatic Filariasis Elimination Month, that is a very first experience to join such this event. Before joining this program I didn’t even know that there was the event called Belkaga in Indonesia. Maybe because Yogyakarta was non endemic district of LF in Indonesia, and also minimum awareness of the issues that still exist in the middle of our society even until nowadays.
This event is an official event dedicated to commemorate the urgency of LF treatment and elimination. In order to achieve WHO Global Goal to eliminate LF as a global public-health problem by 2020, Ministry of Health of Indonesia in partnership with Eisai held this Mass Drug Administration event. In this Belkaga event, people got free medication to consume pills that consist of Albendazole and DEC (Diethylcarbamazine Citrate), the most effective medication to consume to avoid the contamination of LF viruses in human body. To eliminate LF disease, the medication needs to maintain people to consume the pills minimum once in a year in minimum 5 years to kill the viruses.
Belkaga event that centered in Bogor was very crowded and high enthusiast form citizen around. The participants in this event started from elementary students to adult.
At the end of the day, we close the activites by having dinner together. In the middle of Dinner, one of our team initiate to have such a special tradition from Japan: we close the dinner with Japanese way and yelling Yoo’o! while clap our hands once. So enjoyable dinner, and I feel so recharge after a long tiring day.
October 2nd: Final Workshop with WHO, MoH, and RTI to solve the LF Disease
In this our 2nd meeting (as the last day of our Project Meeting) in the Pullman Hotel, Central Jakarta, we discussed everything about how to get our target that eliminate the LF disease by 2020.
To support our knowledge about the dinamic of LF disease, we were met with some speciall guests. They are the representative from WHO, NGO, and Ministry of Health that really concern about LF in Indonesia. We made a map showing the feeling of the patient we met yesterday and then put idea on how to made a change for them. Like how to increase the awareness of their surrounding, how to decrease the morbidity, and how to make them feel accepted by their society again. There were many process of action plan map before we could reach the conclusion about what the action we need to take.
We discussed with WHO, NGO and Ministry of Health about our idea, they added and also gave many new knowledge to us about LF. How lucky I am that I have Mr. Fabian and Mrs. Li Ann as a really fabulous team members. Both of them are really smart and kind, they can share their idea to me and they give me a chance to also contribute my idea and even a golden chance to show our idea as together in front of the panel of meeting.
That’s why I feel so excited. Our idea became the most outstanding idea and became the best among others. I learned a lot of things at this great meeting than I can understood about LF disease, how to face it, what we can do, how the patients feel, and also how the doctor and scientist workhard to solve it.
October 3rd: AIESEC Internship Action Plan and Wrap Up
At
the last day, we invited to the Sentral Senayan II, National Head Quarter of PT Eisai Indonesia. At the Fifth day, we met Mrs. Risa San, Mr.Takayama
San, Mr. Kentaro San, Mrs. Grace, and Mrs. Jenny for our last day. We discuss for evaluation of our participation during the project activities, how it feels, whats our opinion and elaborate our ideas to join and support the project of eliminating the LF disease by 2020. It was so interesting
because we got a special chance to share and discuss our highlighted moment during this event and which part does memorable to share.
They listen to our opinion, asking the follow up questions, and even they appreciated the ideas coming by wrote it all in a proper book notes. We discussed about our next agenda, our idea, what we can do next for further contribution on our big agenda of LF elimination by 2020. I feel so honor they served us very professional. After the last meeting, we got lunch
together, then got our back flight schedule at 1 p.m.
Those are our fantastic experience during the five days during our participation in Short Internship Program with PT. Eisai Indonesia.
Over all, I really appreciate PT Eisai Indonesia that have been invited us and give us the opportunity to join in this program. I was very impressed with how the company has been treat us very well and professional
yet still very fun and enjoyable. It’s also an honor for me to know more such a great company, PT. Eisai Indonesia, join the big agenda of Project Managers meeting, and participate in the whole discussion along the program.
We wish we got such a memorable experience from this, and of course execute our project plan for real contribution form us to succed the agenda to eliminate
the LF disease for Indonesia, Indonesia free from LF by 2020, we can do it!
Eksistensi Paham Islam Nusantara dan Pengaruhnya terhadap Keutuhan NKRI
Indonesia, sebagaimana yang telah
dikenal sejak puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu merupakan sebuah entitas
kebangsaan yang sangat multikultural dengan jumlah etnis dan kebudayaan yang
banyak dan beragam. Tidak hanya dengan jumlah masyarakat yang besar, Indonesia
secara historis juga dikenal sejak dulu sebagai satu bangsa yang cukup kuat
dengan wilayah teritorinya yang luas. Oleh sebab itu maka tak heran jika
sejarah mencatat begitu banyak negara-negara koloni yang saling berebut untuk
menguasai wilayah ini. Lebih jauh lagi menelisik sejarah Indonesia, maka
diketahui bahwa Indonesia beberapa abad yang lalu merupakan satu kesatuan
bangsa yang jauh lebih kuat yang lebih dikenal dengan sebutan Nusantara.
Meliputi wilayah-wilayah Asia bagian tenggara termasuk Filipina, semenanjung
Asia Tenggara sampai daratan Malaysia dan termasuk kepulauan Indonesia saat ini
merupakan wilayah otoritas sebuah kebangsaan yang kuat yang dikenal ssebagai
entitas Nusantara. Dengan mengangkat keistimewaan pluralitas sebagai hal yang
sangat unik dan istimewa, entitas kebangsaan ini kemudian terus mengalami
dinamika revolusi namun sangat kuat untuk berpegang teguh dalam menjunjung
perbedaan dalam satu kesatuan. Oleh sebab itulah maka hingga saat ini entitas
Nusantara atau yang kini dikenal dengan nama Indonesia masih berpegang teguh
pada semboyan “Bhineka Tunggal Ika” yang artinya nilai berbeda-beda tetapi
tetap satu. Semboyan ini pada dasarnya memiliki makna dan tujuan untuk berusaha
mengakarkan rasa solidaritas dan rasa persatuan yang cenderung “imajiner”
sebagai bagian dari kesatuan Indonesia.
Menjadi menarik dalam membahas
lebih lanjut bagaimana kondisi keberagaman komposisi masyarakat Indonesia
menghadapi tantangan dinamika sosial dan evolusi dari berbagai bentuk ancaman
seperti gerakan-gerakan separatis, diskriminasi kaum minoritas, perbedaan derajat
dalam pergaulan dan lingkungan sosial, dan masalah-masalah sosial lainnya yang
menyangkut perbedaan latar belakang personal. Agama, sebagai salah satu
perbedaan yang sangat sensitif tidak jarang menjadi pemicu dan penyebab utama
munculnya pergolakan permasalahan-permasalahan tersebut menjadi lebih besar.
Agama mayoritas yangmengalami pergeseran dan pergantian dari hindu ke budha dan
kemudian ke Islam menjadi faktor penting alasan mengapa indikator agama menjadi
sebuah sentimen dalam pergaulan masyarakat di Indonesia. Hal itu pula yang juga
kemudian diduga menjadi main trigger dari munculnya berbagai
gerakan-gerakan separatis dan tindakan diskriminasi blatarbelakang keagamaan.
Hal ini tentunya merupakan sesuatu yang rasional mengingat faktor agama
berbicara mengenai kepercayaan dan cenderung menjadi prinsip dan ideologi
seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Itulah mengapa
sedikit saja sentimen yang menyaangkut keagamaan ini terangkat di lingkungan
sosial maka sangat rentan memicu terjadinya gesekan sosial dan konflik yang
lebih besar dan berkepanjangan.
Dalam upaya menjaga kesatuan
wilayah dan rasa solidaritas kebangsaan Indonesia maka sudah seharusnya
berbagai tantangan ini dipikirkan oleh banyak pihak dan segera diberikan solusi
yang efektif guna mencegah terjadinya perpecahan dan konflik yang
berkepanjangan. Salah satunya adalah dengan kemudian menanamkan rasa
solidaritas itu sendiri kepada tiap individu masyarakat Indonesia secara
keseluruhan. Penanaman nilai-nilai kesatuan ini bahkan ditanamkan ke masyarakat
sosial sejak usia belia/kanak-kanak, remaja hingga orang tua. Hal ini guna
mengakarkan rasa solidaritas dan nilai-nilai persatuan dalam satu identitas
kebangsaan Indonesia, termasuk menjadikan perbedaan yang ada (termasuk
perbedaan agama) sebagai sebuah keunikan; keistimewaan dan bukan menjadi
penghalang terhadap terwujudnya perdamaian dan ketentraman di lingkungan masyarakat.
Masyarakat Indonesia yang dihadapkan dengan keadaan yang plural diharapkan
dapat saling menghargaai dan menghormati perbedaan satu sama lain demi
terwujudnya perdamaian dan perasaan saling menghormati satu sama lain.
Dari gagasan inilah kemudian
berangkat sebuah pemikiran tentang Islam Nusantara, sebuah sudut pandang yang
diklaim sebagai pembawa perdamaian bagi bangsa Indonesia utamanya pagi pemeluk
agama Islam, agama mayoritas yang dianut oleh masyarakat Indonesia dengan nilai
utamanya adalah mengangkat kesatuan dan persatuan masyarakat Indonesia melalui
rasa menghargai dan menghormati segala bentuk perbedaan, termasuk perbedaan
agama demi terwujudnya masyarakat yang harmonis dan saling menghormati antar
umat beragama. Pada dasarnya konsepsi Islam Nusantara hingga saat ini menjadi
sebuah perdebatan serius yang menghadapkan dua perspektif besar; Islam
universal dengan Islam yang lebih konvensional dengan berpegang teguh pada
nilai-nilai kebenaran Islam yang hakiki.
Pandangan Islam Nusantara berusaha
menanamkan bagaimana nilai-nilai Islam dapat dimplementasikan ke tengah-tengah
masyarakat tradisional Indonesia sehingga dalam praktiknya kemudian terjadi
peleburan budaya Islam dengan kebudayaan-kebudayaan lokal. Oleh sebab itu
pandangan Islam Nusantara memercayai bahwa kedamaian dan ketentraman masyarakat
akan lebih mudah dicapai dengan ditumbuhkannya rasa solidaritas masyarakat
Indonesia tanpa menjadikan perbedaan agama dan perbedaan-perbedaan lainnya
sebagai pemicu permasalahan.
Orang-orang yang mengangkat ide
Islam Nusantara ini memegang erat pada kepercayaan bahwa peerbedaan dan
perselisihan di kalangan masyarakat Indonesia adalah suatu hal yang krusial.
Olehnya itu, solusi terhadap ancaman perpecahan dan gangguan ketentraman
masyarakat menjadi seuatu yang mendesak untuk diperhatikan secara serius. Ciri khas islam nusantara adalah pandangan agama Islam yang melebur dengan kebudayaan dan perspektif lokal sehingga
masyarakat mampu memadukan kebudayaan lokalnya dengan nilai-nilai ajaran Islam. Tujuannya tentu sebuah
hal yang mulia, bagaimana nilai-nilai keislaman mampu diimplementasikan dengan
lebih fleksibel terhadap kelompok masyarakat tradisional.
Hal yang menjadikan Islam Nusantara
ini kontroversial di tengah masyarakat adalah karena pendapat kelompok sebagian
orang yang menilai bahwa konsepsi Islam Nusantara jelas tidak sesuai dengan
ajaran agama Islam yang semestinya dimana Islam yang dileburkan dengan
kebudayaan lokal tradisional itu artinya sama halnya mencampur-adukkan antara
kebenaran dan kebathilan. Hal ini sebagaimana yang
tercantum di dalam QS al-Baqarah [2]: 42 "Dan janganlah kamu campur
adukkan yang hak dengan yang batil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu,
sedang kamu mengetahui beliau berkata, “Allah melarang orang Yahudi
mencampuradukkan perkara yang batil dengan yang hak, melarang menyembunyikan
yang hak dan menampakkan kebatilan. Allah melarang mereka dua perkara ini.
Sebaliknya, Allah memerintah mereka agar menampakkan kebenaran, karena mereka
mengetahui yang benar.” Tentu
sebuah hal yang perlu dipertanyakan lebih lanjut mengenai bagaimana
standarisasi kebathilan (sesuatu yang salah/melenceng dari jalan lurus) itu
sendiri ditetapkan oleh kelompok penganut Islam garis keras yang menentang
Islam Nusantara yang menjadikannya alasan yang konkret menentang konsepsi Islam
Nusantara.
Bahkan di beberapa media, kelompok
penentang Islam Nusantara garis keras menyatakan bahwa Islam Nusantara
yang kaya dengan warisan Islam (Islamic legacy) justru akan berpotensi besar menjadi harapan renaisans peradaban Islam global yang akan
berakulturasi dengan Tatanan Dunia Baru Ciptaan Dajjal (The New World Order).[2] Merupakan pemikiran yang dangkal dalam melihat
Islam Nusantara sebagai suatu aancaman terhadap Islam dan mengaitkannya pada
tatanan dunia baru ciptaan Dajjal dan konstruksi negatif sejenis lainnya sebab
Islam Nusantara pada dasarnya bertujuan untuk memudahkan implementasi
nilai-nilai Islam ke dalam masyarakat tradisional dan bukan berarti
mencampur-adukkan kedua peradaban yang berbeda.
Selama implementasi konsepsi Islam
Nusantara diimplementasikan dengan sesuai syariat yang berlaku maka tentunya
pemikiran ini bukanlah sesuatu yang keliru sepenuhnya. Terlebih lagi dalam
upaya menjaga keutuhan NKRI dari ancaman gerakan separatis dan
kelompok-kelompok separatis maka ide atau pemahaman ini menjadi sebuah hal
positif yang akan mampu mempertahankan bahkan meningkatkan rasa menghargai dan
menghormati perbedaan satu sama lain dan tentunya secara langsung maupun tidak langsung
dapat menjaga solidaritas keutuhan masyarakat karena mampu mengimplementasikan
ajaran agama Islam yang dibaawa serta tetap menghormati kebudayaan lokal yang
sudah ada sebelumnya. Dengan begitu maka tentunya hal ini akan berimplikasi
positif terhadap solidaritas keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia itu
sendiri secara universal. Oleh sebab itu hal ini tidak ada salahnya untuk
dipertahankan bahkan dikembangkan lebih luas lagi selama hal ini tidak terbukti
bertentangan dengan nilai dan ajaran agama Islam itu sendiri.
[1] Opini Jemaat Islam Nusantara(daring),
Pengertian Islam Nusantara, September 2015, http://jemaat-islamnusantara.blogspot.co.id/2015/06/pengertian-islam-nusantara.html diakses 3 Oktober 2015
Pemuda dan Narkoba di Tengah Globalisasi
Di
era globalisasi yang serba mendunia, interaksi kehidupan masyarakat menjadi
tidak terbatas sehingga arus informasi sangat pesat mengalir dari satu daerah
ke daerah lainnya, dari satu negara ke negara lain dan bahkan dari satu benua
ke benua yang lain. Dalam derasnya arus informasi dan biasnya batas-batas
wilayah negara menyebabkan pola hidup kelompok-kelompok masyarakat menjadi
tidak terkontrol dan saling memengaruhi pola hidup kelompok masyarakat lainnya menjadi
lebih general sebagai suatu pola hidup masyarakat global. Pola hidup masyarakat
kemudian menjadi sangat mudah saling mempengaruhi satu sama lain menciptakan
asimilasi budaya sebagai wujud budaya masyarakat global.
Hal
ini jika dipandang dari kacamata positif, maka tentu akan mendatangkan dampak
yang sangat baik dimana perilaku-perilaku positif suatu kelompok masyarakat
tertentu dapat ditularkan dan menjadi perilaku masyarakat dalam lingkup global.
Salah satu contoh yang dapat dibayangkan bersama yakni ketika budaya tepat
waktu yang sangat dijunjung di negara-negara Eropa dan Amerika misalnya kemudian
mengalami penyebaran sehingga menyentuh kelompok-kelompok masyarakat lainnya di
berbagai penjuru dunia dan dalam berbagai lapisan masyarakat sehingga
mendatangkan dampak yang positif bagi kedisiplinan masyarakat secara global.
Namun
lain lagi halnya ketika dampak yang relatif bermanfaat dari Globalisasi
tersebut kemudian justru lebih condong untuk berjalan di sisi yang negatif.
Pola hidup masyarakat metropolitan yang penuh dengan gemerlap dunia malam hingga
yang berkaitan dengan penggunaan narkotika dan obat-obat terlarang lainnya kemudian
berkembang sangat pesat, menjamur kemana-mana dan berkembang sangat subur
utamanya di negara-negara berkembang yang menjadi korban berkembangnya pola
hidup negatif masyarakat metropolitan tersebut.
Kemudian
bukan suatu hal yang mengagetkan ketika penyalahgunaan
narkoba di dunia semakin hari semakin meningkat tajam. Di Indonesia sendiri,
pengguna narkoba hingga Juni 2014 menembus angka 4,2 juta orang berdasarkan
laporan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), bapak Anang Iskandar yang
dilansir di halaman situs berita Viva News pada tanggal 26 Juni 2014. Data lain
dari situs Organisasi Hidayatullah (salah satu organisasi islam di Indonesia)
sendiri menunjukkan bahwa empat tahun terakhir telah terungkap sebanyak 108.701
kasus kejahatan narkoba yang ditangani. Dalam kasus itu jumlah tersangkanya mencapai
134.117 orang. Bisa dibayangkan dimana data ini hanyalah hitungan berdasarkan data
yang ditemukan oleh BNN saja dimana di luar sana mungkin masih ada kasus yang
lebih dari ini.
Lucunya,
peredaran narkotika ilegal di masyarakat saat ini telah menjadi rahasia umum di
lingkungan masyarakat. Bahkan bukan hal yang mengagetkan lagi bahwa telah ada
beberapa kasus penyalahgunaan NAPZA hingga saat ini justru banyak dilakukan
oleh pihak-pihak seperti Polisi atau Penjaga Lapas yang semestinya memiliki
peranan dalam pemberantasan barang haram tersebut.
Yang
paling memprihatinkan dari penyalahgunaan narkoba di indonesia saat ini adalah
bannyaknya jumlah remaja dan anak-anak usia belajar yang ikut terlibat dalam
kasus penyalahgunaan narkoba. Situs berita news.okezone.com menerangkan bahwa angka
pelajar yang menjadi tersangka narkotika di Indonesia yang resmi terdata
mencapai 695 orang pelajar. Angka ini tentu masih sebagian dari peredaran
obat-obat terlarang di lingkungan pelajar di luar sana yang mungkin bahkan
mencapi dua kali lipat dan bahkan berkali-kali lipat dari angka tersebut.
Di Indonesia sendiri,
permasalahan NAPZA saat ini sudah dianggap sebagai masalah yang sangat serius
karena telah dinilai membawa implikasi negatif pada berbagai aspek kehidupan di
masyarakat, utamanya bagi kalangan generasi muda itu sendiri. Penyalahgunaan NAPZA ini dinilai telah membawa
dampak negatif yang sangat besar bukan hanya bagi pelaku penyalahgunaannya
saja, melainkan lebih dari itu juga ikut menyebarkan peredaran narkotika yang lebih
luas yang dapat merusak mental generasi muda dengan lingkup skala yang lebih
besar. Tidak mengenal latar belakang ekonomi dan strata sosial, penyebaran
narkoba di kalangan remaja kian marak dan berkembang, hingga sulit
dikendalikan. Keseriusan pemerintah Indonesia dalam menghadapi persoalan
narkoba ini bahkan dilakukan dengan jalan memberlakukan hukuman mati bagi para
pengedar narkoba. Bukan permasalahan yang sederhana, sebab di balik
implementasi kebijakan hukum tersebut, Indonesia mendapatkan respon yang keras
dari berbagai pihak Internasional yang menentang implementasi hukuman mati
tersebut dijalankan. Hal ini membuktikan betapa seriusnya permasalahan narkoba
dilihat sebagai bentuk ancaman oleh pihak pemerintah dan terlebih lagi
menyadari bahwa penanggulangan penyalahgunaan NAPZA di Indonesia belum menemui
solusi yang jitu dalam menangkal dan mengurangi akses peredaran narkotika di
Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan data korban akibat permasalahan
penyalahgunaan NAPZA di Indonesia
diperkirakan rata-rata telah mencapai 33 orang meninggal dunia dan kerugian materiil
mencapai Rp 63,1 triliun untuk setiap harinya.[1]
Parahnya adalah dari proyeksi perkiraan total pengguna narkoba di Indonesia
tahun 2014 yang mencapai lebih dari 4,2 juta orang, sebanyak 22% darinya berasal
dari kalangan pelajar dan mahasiswa.[2]
Tentu suatu keprihatinan besar mengetahui betapa mirisnya kondisi sebagian
pemuda-pemudi Indonesia tersebut, di mana mereka yang diandalkan sebagai
generasi muda penerus bangsa justru terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba dan
telah mengancam masa depan dirinya sendiri, lingkungan dan orang-orang di
sekitarnya, hingga masa depan bangsa Indonesia secara universal.
Melihat kondisi ini
tentunya kita khususnya sebagai generasi muda Indonesia tidak boleh tinggal diam dan melepas diri dari
tanggungjawab perjuangan melawan peredaran NAPZA yang lebih besar. Jika
persoalan ini dibiarkan begitu saja maka dapat dipastikan bahwa generasi muda
Indonesia akan lebih banyak lagi terjerumus ke dalam kesalahan yang sama dan
pada akhirnya melemahkan kualitas generasi masa depan Indoensia. Tentu tindakan
penyelamatan terhadap persoalan narkoba ini sangat dibutuhkan segera demi menghindarkan
generasi muda Indonesia dari ancaman bahaya narkoba. Tindakan penyelamatan ini dapat berupa aksi penanggulangan
bagi mereka yang telah menjadi korban serta aksi preventif sebagai pencegahan
terhadap penyebarluasan peredaran NAPZA di lingkungan masyarakat.
Sebagai bentuk penanggulangan
narkoba, sebagai masyarakat biasa kita dapat memulai dengan membantu proses
rehabilitasi keluarga, teman, atau orang-orang di sekitar kita yang telah
terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba. Orang tua, teman sebaya, dan
lingkungan sekitarnya adalah pihak-pihak yang penting untuk berpartisipasi dalam
mendorong proses rehabilitasi tersebut berjalan lancar. Selain itu, penanganan
permasalahan NAPZA juga dapat dilakukan dengan melakukan berbagai tindakan
pencegahan untuk menghentikan peredaran NAPZA di kalngan remaja. Partisipasi
keluarga dan utamanya orang tua dalam mengawasi pergaulan dan lingkungan sosial
anak-anaknya adalah hal yang sangat penting dalam menghindari terjerumusnya
anak-anak mereka ke dalam dunia narkoba. Sebagai pemuda itu sendiri, kita sudah
seharusnya mampu untuk senantiasa menyadarkan diri kita sendiri untuk menjauhi
dunia narkoba serta mengisi waktu luang dengan hal-hal positif seperti belajar,
berolahraga, bermain musik dan kegiatan-kegiatan lainnya yang mendatangkan
manfaat dan menghindarkan diri dari jeratan/ancaman bahaya narkoba. Dengan
begini, tanggungjawab menanggulangi persoalan NAPZA di Indonesia tidak lagi
sebatas tanggungjawab pemerintah, lembaga Badan Narkotika Nasional, atau
pihak-pihak tertentu saja melainkansebagai kewajiban kita bersama ikut
berkontribusi bersama-sama mewujudkan generasi muda Indonesia bebas dari
narkoba.
[1] Syamsul Anwar Khoemaeni,’BNN
Protes Sekjen PBB Terkait Hukuman Mati’,Okezone.com News
(daring), 26 April 2015, http://news.okezone.com/read/2015/04/26/337/1140346/bnn-protes-sekjen-pbb-terkait-hukuman-mati
diakses 11 Oktober 2015
[2] Tryas. ‘22 Persen Pengguna
Narkoba Kalangan Pelajar’,Megapolitan Harianterbit.com (daring), 13
September 2014, http://megapolitan.harianterbit.com/megapol/2014/09/13/8219/29/18/22-Persen-Pengguna-Narkoba-Kalangan-Pelajar
diakses 11 Oktober 2015