September 10, 2019

Kamu Lucu :)

"No one ever said Im cute since I was 6. They call me fat instead of cute. brrr"

 Isi pesan singkat dari salah seorang teman lama yang lagi stres mikirin skripsi ga kelar-kelar. Akhirnya bisa berkomunikasi lagi meskipun jarak jauh dengan dia yang lagi ga di Jogja.

Ternyata di samping tugas akhir skripsi yang perjuangannya memang sungguh nyata buat dilalui, keresahan terbesar yang mungkin dia ga sadari sendiri dalam alam bawah sadarnya adalah: berdamai dengan "they call me fat"  wkwk😆

Dan sayangnya aku ga bisa ngasih respon apa-apa.
Because I feel it too. 

Haha!

Mungkin sampai sekarang rasanya masih sensitif kalau ada yang ngatain soal body shaming. Mulai dari ekspresi tipikal santun kaya "agak gemukan ya kamu sekarang", ke yang agak nyablak ngomen "hoo perut perut", sampai yang mungkin kalangan bangsa satwa liar yang seenak jidat ngatain "heh si babi" "dasar keboo". Parahnya lagi yang ngatain babi ini adalah para kawanan anjing-anjing liar, entah kita pernah mulai kenal di mana dan kapan awal mula sebenarnya.

woow.

baru sadar aku punya kehebatan khusus berinteraksi dan berteman dengan satwa. Mungkin abis ini chanel tv saya tunggu endorsenya kali aja mau cari penggantinya Panji Sang Petualang atau Deni Manusia Ikan :)

Tadi malam, rasanya senang bisa saling curhat dan sambat dengan Mba Irma, konco kenthel parner magang semasa di YouSure FISIPOL UGM tahun 2017 lalu. Sebelumnya, siang harinya juga kebetulan ketemu dengan Mas Adit, yang jadi Project Officer semasa magang kami itu. 

Rasanya minggu-minggu terakhir bertemu dan bercengkrama lagi meskipun dengan media sosial jarak jauh dengan teman-teman lama semasa kuliah itu menyenangkan. Apalagi bisa ketemu langsung dan hang out bareng. 

Weekend yang lalu bareng teman-teman KKN ku di Sabang periode 2017 lalu: Yori, Mona dan Lusi. Kita waktu itu akhirnya main ke Kopi Rolas yang ada di sekitar Kaliurang atas sebelumnya Kopi Klotok.

Selain banyak kenangan yang bisa kita ungkit dan tertawakan lagi bareng-bareng, ternyata bertemu dengan kawan-kawan lama ada banyak inspirasi baru yang bisa di dapatkan dari obrolan-obrolan yang terbangun. 

Selain itu, mungkin termasuk soal sharing common problem biasanya seputar quarter life crisis biar bisa kuat menghadapi tahapan pendewasaan diri yang memang teorinya kebanyakan bakal ngalamin di usia-usia 20-an seperti kita-kita ini.

Di usia-usia menginjak dua puluhan, memang sepertinya kebanyakan dari kita akan mulai menghadapi kondisi mental dan emosional yang tidak stabil karena kekhawatiran-kekhawatiran yang muncul soal pekerjaan, kemapanan, keluarga, calon jodoh dan kecemasan-kecemasan lainnya soal gambaran masa depan.

Dari obrolan yang banyak aku dapatkan, salah satu upaya penyembuhan yang paling efektif memang adalah upaya untuk grounding: menyadari posisi kita dan sekitar kita (ground)

Dan ini juga aku masih dalam tahap awal banget soal belajar grounding ini. Tapi yang aku rasakan memang jauh berbeda setelah mulai menenangkan diri dan belajar grounding. Ini soal bagaimana kita berusaha meletakkan perasaan dan logika kita secara pelan-pelan untuk kembali dan berfokus pada apa yang sedang dihadapi sekarang. 

Kebanyakan dari kita merasakan stres dan kecemasan berlebihan karena pikiran kita kebanyakan berfokus pada masa depan yang tidak pasti. Dan alih-alih mencemaskan situasi di masa depan yang belum kita hadapi itu, seharusnya energi yang kita miliki digunakan untuk hal-hal yang jauh lebih penting dan produktif: menghadapi diri kita versi saat ini.

Dengan berfokus pada situasi diri dan lingkungan kita saat ini, kita akan jauh lebih bisa menggali obrolan-obrolan pribadi antara logika dan hati kita sendiri dan menemukan cara yang tepat untuk mendapatkan kembali kepercayaan diri. 

Mungkin bisa jadi cara ini dalam bentuk bertemu dengan orang lain seperti yang aku ceritakan tadi, atau mencari orang-orang baru, datang ke tempat-tempat tertentu, meluangkan waktu untuk menikmati diri sendiri (me time), berkomunikasi dengan hewan peliharaan, dengan tanaman atau bahkan dengan benda-benda tertentu. 

Mungkin kedengaran gila ya, ngomong kok sama hewan, tumbuhan sama barang. wkwkwk Ini sama sekali bukan mau mengajari sekte sinting dari perguruan mana ya, tapi lebih kepada menentukan cara terbaik yang tailored (gatau bahasa yang pas indonesianya apa yaa; semacam custom, fit, dan proper sama diri kita sendiri gitu; malah Inggris meneh -- itulah pokoknya) yang sesuai sama diri kita sendiri.

Karena kadang kita merasa malu atau memang tidak nyaman untuk langsung berbagi sebuah masalah pada orang lain, atau bahkan merasa belum menemukan orang yang pas yang dirasa nyaman untuk diajak berbagi dan membicarakan masalah yang sedang dihadapi. 

Jadi bicara dengan kucing, atau kaktus kenapa tidak. Ini semata-mata sebenarnya untuk mengungkapkan untalan benang kusut yang ada di kepala kita yang dirapikan secara perlahan-lahan dengan cara mengungkapkannya langsung. Atau dengan menuliskannya mungkin. 

Bahkan sambil berolahraga, merajut (seperti yang dilakuin Amel teman kantorku sekarang), atau melakukan aktivitas apapun yang bisa menenangkan pikiran.

Kalau mau main mobile legend juga bisaaa! add aku : Susu Bendera. Kita mabar pushrank sampai legenddd :)

Bagaimanapun cara dan bentuknya,

Sensasi terbaik adalah ketika kita bisa menemukan keinginan diri kita sendiri dan menyadari cara yang paling cocok bagi kita dalam menghadapi gangguan mental yang sedang kita hadapi.

Jadi jangan sampai kamu berlarut-larut dengan kesedihan dan tekanan yang kamu hadapi yaa. Jangan pernah merasa sendiri, merasa tidak berharga. Jangan pernah berlarut-larut berpikiran kamu bukan siapa-siapa atau tidak punya apa-apa.

Apalagi mau bunuh diri.
Jangan! plis deh.

Kamu jauh sangat berharga dan masih banyak sekali hal di sekitar kita yang bisa kita nikmati, dan disyukuri. Hal yang terpenting adalah menyadarinya.

Lihat aku di sini :) ea

Kalau mau sharing, jangan sungkan kontak aku di sosmed yang ada di atas yaaa.

Feel free to talk ✋😇







0 comments:

Post a Comment