Untuk Ia
September 27, 2019
Puisi: Surat Kecil Untuk Dia
By Farid Ali SyahbanaFriday, September 27, 2019Aimlessly, anak muda, cinta, daily post, Kumpulan PuisiNo comments
Untuk Ia
Yang raganya sedang menggeliat di Jogja
Tapi wujudnya sedang kuat-kuatnya berkeliling putar-putar di kepala manusia perindu di Ibukota
Kerinduan yang melanda, mungkin ini bukan yang pertama. Tapi rasanya tidak pernah berubah, atau sekalipun melemah. Sementara di tengah-tengah kesibukan dunia, kerinduan yang bergejolak makin lama justru semakin menggelora.
Satu-satunya upaya adalah melawan dengan cara sebaik-baiknya. Menikmati kerinduan, dan meyakini bahwa ini adalah bagian dari cara semesta menyatukan hati dengan gelombang yang jauh lebih besar rambatannya.
Semoga kebaikan senantiasa mengiringi setiap langkah. Dan perjuangan besar, yang sedang ditempuh pada akhirnya. Tinggal baaimana menanti waktu berjalan berirama. Akan tiba jua masanya jumpa adalah mujarab ampuh yang menyudahinya.
Kusampaikan melalui surat kecil, rasa rindu yang begitu besar dari dalam dada. Surat kecil yang berusaha membendung menampung kerinduan yang begitu hebatnya.
Kasih manusia itu nyata, sebagaimana bentuk terindahnya yang ditunjukkan Tuhan melalui kita.
Semoga setia dan cinta adalah makna. Pelajaran berharga yang memang seharusnya khidmat sebagai buah dari proses perjalanan tumbuh bersama.
Dan pada kita kugantungkan harap yang menjulang ke angkasa.
Sayangku, cintaku, dan rinduku
Kujaga untuk dirimu satu, semata.
Jakarta, 25 September 2019
Sampai jumpa, menuju purnama dalam hangat dekap bersama
September 25, 2019
Puisi: Titip Rasa
Tak pernah seindah ini,
Menitip rasa pada satu makhluk
Membentuk insani
Berbenah sanubari
Bangun kisah dan memori
Lalu perlahan-lahan meninggalkan jejak hati
Tak pernah seindah ini,
Menitip rasa pada satu makhluk..
Lelahpun, tetap berlanjut menapaki
Bangun cinta pada satu hati
Abadikan makna dalam kasih suci
September 23, 2019
Puisi: Mustajab
Perjalanan hidup setiap orang aku yakin adalah istimewa dan memiliki maknanya masing-masing di tiap rangkaian tahapan dan proses yang dilaluinya. Begitupun aku, yang sudah sampai di sini hari ini.
Kalau menengok kembali ke belakang, rasanya tidak ada ungkapan yang paling besar selain ucapan syukur, rasa terima kasih yang luar biasa besarnya. Untuk sahabat-sahabat dekat, keluarga, dan khususnya orang tua. Sosok-sosok luar biasa yang selalu memberikan suport dorongan motivasi, doa-doa dan segala arahan serta semangat untuk berjuang melanjutkan hidup sebaik-baiknya, dengan sehormat-hormatnya yang bisa dilakukan.
Setelah baru saja menghabiskan waktu setengah jam di telpon Ibu, rasanya ucap syukur itu benar-benar besar. Alhamdulillah bersyukur Allah benar-benar baru saja memberikan pelajaran yang sangat bermakna dan berkesan melalui pelibatan langsung di tengah “pertunjukan” terbaik dalam drama kehidupan.
Dan yang tak terlupakan, proses untuk menyembuhkan diri dengan kembali ke kampung halaman pada momen libur lebaran Idul Adha terakhir, juga ternyata menjadi hari baik ketika doa-doa terbaik dari Ibu dan juga kakek-nenek, serta keluarga lainnya yang bisa benar-benar kumintakan secara langsung benar-benar menenangkan dan menjadi bekal berharga kembaliku menapaki hari baru.
Dan pada akhirnya, masa-masa kabut telah berlalu, bersambut cahaya mentari hari baru. Syukur alhamdulillah, salah satu dari harapan untuk bisa diberikan petunjuk arah dan tempat terbaik, bisa benar-benar dijabahkan oleh Allah.
Ini baru awal dari proses yang panjang. Maka dari itu tentu doa-doa yang mengiringi bukan cukup sampai di sini saja. Pada akhirnya sebaik-baik skenario adalah yang disandarkan pada takdir yang ditentukan Sang Maha Pencipta. Berserah diri adalah kunci. Tugasku adalah menunjukkan usaha terbaik, dan tidak lupa untuk senantiasa mengingat. Atas doa-doa mustajab yang diijabah, pada Yang Kuasa kuucapkan syukur.
Pinus Malino, saksi kembaliku berpulang, mendekap hangat keluarga dan menuai doa-doa |
Alhamdulilah
Ku panjatkan syukur pada Rabb yang Maha Kuasa
Pada jiwa-jiwa yang selalu terbuka menyambut suka dan lara
Pada langkah-langkah berpindah yang selalu dijaga
Juga pada panggung baru yang megah untuk berkarya
Bahkan pada jalan indah belajar mencinta dan dicinta
Alhamdulillah..
Di malam sendu bersama rindu,
Jakarta, 23 September 2019.
September 22, 2019
Hari Pertama di Ibukota Jakarta!
By Farid Ali SyahbanaSunday, September 22, 2019daily post, Jakarta, Life style, motivasi, one week one trip, Petualangan PekerjaNo comments
Fyuh,
Pegalnya kaki akhirnya bisa selonjoran juga di kamar hotel setelah kurang lebih tiga jam bertualang, di hari pertama menginjakkan kaki kembali ke Jakarta dengan status yang baru: Bukan Pengangguran😬
Momen ke Jakarta kali ini sepertinya adalah yang paling istimewa karena akan menjadi awal mula pembuka perjalanan dunia kerja bersama Bank Internasional Indonesia atau yang sekarang Maybank Indonesia.
Tidak mau menyia-nyiakan waktu, setibanya di Jakarta sudah mulai berpetualang menjelajahi Ibukota dan memulai mengumpulkan semangat postif untuk memulai dunia baru di tempat kerja yang baruuu! Dan petualangan kali ini adalah: Mencoba Trans Jakartaaa!!
Trans Jakarta ini ya kita semua tau, busway moda trasportasi umum di Jakarta. Sebenarnya mau nyoba MRT, tapi karena dekat penginapan adanya baru Tije ini, jadi mungkin mencoba MRTnya bisa lain hari mungkin, semoga bisa disegerakaan~
Potret petualangan mencoba Trans Jakarta, di Jembatan Penyeberangan |
Potret jalan di Jakarta dari jembatan penyeberangan busway Trans Jakarta |
Pihak perusahaan nampaknya sangat baik, karena fasilitas bagi karyawan dari luar daerah seperti aku ini diberikan pelayanan ekstra berupa akomodasi hotel selama kurang lebih sebulan pertama dalam masa training. Tempatnya di D Hotel Jakarta, Jalan Sultan Agung, bilangan Setia Budi, Jakarta Selatan.
Dikasih kamar King Size, D Hotel Jakarta, buat sendiri untuk bulan pertama di Jakarta. |
Tiba di hotel sore tadi langsung masuk cek in dan malah bersemangat buat jogging karena sudah bosan tidur, kegiatan sebagian besar yang kulakukan untuk menghabiskan waktu selama di perjalanan kereta.
Joging di sekitaran jalan Sultan Agung dan bilangan Kuningan, Jaksel ini cukup menyenangkan. Lumayan untuk pengenalan lingkungan baru, sambil lihat-lihat situasi di sekitar. Joging sore ini makin seru setelah akhirnya kutemukan kawasan perumahan dan taman Tangkuban Perahu persis di belakang hotel. Taman ini ramai dengan banyak aktivitas, anak-anak yang asik bermain, remaja tanggung olah raga, ada yang juga pacaran atau sekadar jajan di pedagang kaki lima di pinggiran taman. Bahkan ada kakek-kakek yang masih semangat buat joging lengkap dengan sepatu ketsnya.
Petualangan joging ini lengkap sekaligus memuaskan hasrat mencari spot-spot buat makan pinggir jalan besok, selama nginap di D Hotel ini kurang lebih sebulan.
Ngomong-ngomong soal nginep hotel sebulan ini, satu yang ada di benakku:
Tagline Maybank: Humanizing Financial Services bener-bener nyata sampai ke pegawainya sendiri. Pegawai baru kayak aku aja bisa semanusiawi ini perlakuannya ðŸ˜ðŸ¥°
Selepas joging, kembali masuk ke hotel buat mandi dan beberes. Setelah segar kembali, kembali ke belakang buat menjelajahi langsung penjual-penjual pedagang kaki lima di seputaran taman. Maklum karena tadi niatnya cuman joging jadi ga sempat bawa duit buat icip-icip beli jajanan. Akhirnya kupuaskan hasrat jajan dengan mencoba cireng, tempe goreng, ada bakwan alias orang bandung bilangnya BALA-BALA, sama satu semacam lumpia atau korket gitu. Murah harganya satu seribuan, jadi total aku beli enam biji aneka macam gorengan itu.
Sedikit menggangjal perut, adzan Isya yang berkumandang membuat tertarik buat jelajah Masjid Jami Tangkuban Perahu yang juga ada persis di sisi barat taman. Ukurannya cukup luas dan besar untuk seukuran mesjid komplek perumahan. Mungkin juga karena di sekitarnya adalah rumah-rumah notaris dan dokter jadi yaa lumayan lah ya mesjid ini mendapat sokongan materi yang cukup baik untuk pembangunan.
Selepas isya berjamaah itu, tiba-tiba muncul kepikiran buat uji coba jalur busway yang haltenya tepat ada di depan hotel. Ini juga karena ada info yang bermanfaat banget dari teman yang sama-sama diterima kerja seleksi kemarin, yang rumahnya memang di Jakarta. Namanya Irham. Sempat ngobrol dikit awalnya soal persiapan buat besok, akhirnya tiba-tiba dia bocorin sebuah aplikasi transportasi umum yang bisa dipakai untuk tahu jalur-jalur yang ada dan kombinasinya jika diperlukan (misal nyambung busway-MRT-jalan kaki, dll). Nama aplikasinya Trafi.
Tampilan aplikasi Trafi |
Wah gila aplikasi Trafi ini luar biasa kerennya dan akurat banget buat dipakai untuk transportasi umum di Jakarta. Semuanya real time sampai jadwal kedatangan busway, kode jalur, dan bahkan hitung-hitungan durasi jalan kakinya semuanya presisi.
Masuk halte Trans Jakarta dengan kartu Flazz |
Tapi ini beneran asik banget! Apalagi suasananya ga begitu rame dan jam 8 malam di hari Minggu kayak tadi, sepertinya memang ga begitu banyak orang-orang yang pakai Trans Jakarta.
Susana busway Trans Jakarta ke dari Halimun ke Dukuh Atas 2 |
Aku membayangkan besok di hari Senin pasti akan jauh lebih rame dengan pegawai-pegawai yang sebagian besar pada ngandalin Trans Jakarta buat moda transportasi ke tempat kerja. Sampai di Sentral Senayan 3 pun juga suasananya udah sepi.
Suasana ketika tiba di Sentral Senayan 3 |
Ga sabar buat besook! Wish me luck.
Harus tidur cepet malam ini biar besok pagi bisa bangun agak cepat dan menikmati sarapan hotel.
Bocoran di travel advisor katanya enak! Let’s see.. semoga ga telat bangun haha.
Oke, see you soon!
Jembatan Trans Jakarta Gelora Bung Karno |
Suasana Jembatan Penyeberangan |
Jembatan penyeberangan Dukuh Atas |
Pintu masuk dari penyeberangan ke Halte Trans Jakarta |
Suasana Bus Trans Jakarta dalam perjalanan pulang ke Setia Budi |
Beranjak
By Farid Ali SyahbanaSunday, September 22, 2019anak muda, daily post, Jakarta, Petualangan PekerjaNo comments
Hari keberangkatan keluar meninggalkan Jogja.
Rasanya campur aduk.
Mungkin gini ya memang rasanya mengembara di perjalanan panjang kehidupan. Tanpa terasa waktu berlalu mengiringi langkah. Menapaki dari satu anak tangga tahapan kehidupan ke fase anak tangga tahapan selanjutnya.
Tidak terasa chapter perkuliahan yang kujalani di Jogjakarta selama kurang lebih empat tahun, ditambah juga dengan terlibat sebagai tenaga fulltimer di kampus selama kurang lebih dua tahun, akhirnya hari ini tibalah saatnya untuk beranjak.
Kalau mengingat-ingat kembali flashback, sudah ada banyak sekali kenangan dan momen-momen yang tercipta selama di kota istimewa ini. Teringat hari-hari pertama menginjakkan kaki di sini, semuanya serba asing. Tapi ternyata perlahan-lahan yang asing itu berganti menjadi sesuatu yang akrab dan menyenangkan.
Damainya Kota Jogja akan selalu terkenang. Istimewanya orang-orang, kehidupan masyarakatnya, sampai makanan-makanannya yang tidak bisa terlupakan. Benar kata orang, akan selalu ada sesuatu di Jogja.
Hari ini adalah proses berpindah ke halaman baru di chapter berikutnya. Menjalani rangkaian selanjutnya tahapan baru di perjalanan kehidupan. Entah apa yang direncanakan Tuhan, segalanya kupasrahkan. Semesta selalu punya cara terbaiknya sendiri. Kita hanya bisa mengusahakan dan sebaik-baiknya menjalankan.
Terima kasih orang-orang baik yang sudah menemani dan mewarnai hari-hari di Jogjaa! Setiap dari kalian adalah sumber semangatku.
Sampai berjumpa lagi,
Bertemu dan mengenang kembali memori-memori.
Di tengah perjalanan kereta api Taksaka
Jogja-Jakarta
22 September 2019
Mungkin gini ya memang rasanya mengembara di perjalanan panjang kehidupan. Tanpa terasa waktu berlalu mengiringi langkah. Menapaki dari satu anak tangga tahapan kehidupan ke fase anak tangga tahapan selanjutnya.
Tidak terasa chapter perkuliahan yang kujalani di Jogjakarta selama kurang lebih empat tahun, ditambah juga dengan terlibat sebagai tenaga fulltimer di kampus selama kurang lebih dua tahun, akhirnya hari ini tibalah saatnya untuk beranjak.
Kalau mengingat-ingat kembali flashback, sudah ada banyak sekali kenangan dan momen-momen yang tercipta selama di kota istimewa ini. Teringat hari-hari pertama menginjakkan kaki di sini, semuanya serba asing. Tapi ternyata perlahan-lahan yang asing itu berganti menjadi sesuatu yang akrab dan menyenangkan.
Damainya Kota Jogja akan selalu terkenang. Istimewanya orang-orang, kehidupan masyarakatnya, sampai makanan-makanannya yang tidak bisa terlupakan. Benar kata orang, akan selalu ada sesuatu di Jogja.
Hari ini adalah proses berpindah ke halaman baru di chapter berikutnya. Menjalani rangkaian selanjutnya tahapan baru di perjalanan kehidupan. Entah apa yang direncanakan Tuhan, segalanya kupasrahkan. Semesta selalu punya cara terbaiknya sendiri. Kita hanya bisa mengusahakan dan sebaik-baiknya menjalankan.
Terima kasih orang-orang baik yang sudah menemani dan mewarnai hari-hari di Jogjaa! Setiap dari kalian adalah sumber semangatku.
Sampai berjumpa lagi,
Bertemu dan mengenang kembali memori-memori.
Di tengah perjalanan kereta api Taksaka
Jogja-Jakarta
22 September 2019
September 21, 2019
Sampai Jumpa YouSure!
Squad YouSure terakhir 2019 |
Hai!
Ini hari terakhir melangkah di chapter kehidupan kampus bersama YouSure.
Rasanya campur aduk. Dinamika 3 tahun ini akhirnya berakhir hari ini.
Setelah ini, babak baru akan bersambut.
Semoga apapun yang sedang menjelang, adalah hal-hal baik yang senantiasa melangkah dan menjelma.
Sampai jumpa lagi YouSure..
Hari ini rasanya indah. Semoga hari-hari yang telah berlalu adalah hal baik. Sepenuhnya bagimu, dan semoga ada pula bagiku.
Bukan jenuh,
Lebih tepatnya, mungkin butuh dinamika yang baru.
Izinkan aku melangkah pada dunia baru, supaya dua dari kita sama-sama saling berbenah.
Hari terakhir di YouSure..
Tinggal aku sendiri. Seperti biasa ditemani musik-musik mengiringi.
Bedanya, mungkin hari ini adalah yang terakhir kali.
Cukup untuk dikenang.
Sampai jumpa kawan-kawan yang sudah membersamai!
Banyak sekali kenangan yang terukir di tempat kita bersama ini.
Semoga yang baik-baik akan selalu abadi.
Dan bagi salah dan keliruku, kupintakan maaf, semoga segala duka yang berbekas mendapat pengampunan.
Sampai jumpa YouSure!
Senang pernah berada di sini..
September 20, 2019
Puisi: 19.9.19
By Farid Ali SyahbanaFriday, September 20, 2019Aimlessly, cinta, daily post, Kumpulan Puisi, SastraNo comments
19/09/2019
21.33 WIB
Warung Tengger, Bukit Bintang
Kerlap-kerlip membersamai
Satu pintu diketuk untuk membuka
Harap pada asa
Berjuang dengan rasa
Doa menemani langkah
Semoga selalu semoga
Semoga padamu kau dapati tenang
Meski nampaknya akan selalu banyak pinta
Pada lembaran baru yang sepakat kita buka
Jauh hati memendam asmara
Mendekap hati
Jelmaan simpul bertuan
Erat menggenggam bulat mengharap
menuju dewa-dewa panggung cinta
Selamat
Sambut damai jalani semesta
Langkahmu takkan pernah sendiri
21.33 WIB
Warung Tengger, Bukit Bintang
Kerlap-kerlip membersamai
Satu pintu diketuk untuk membuka
Harap pada asa
Berjuang dengan rasa
Doa menemani langkah
Semoga selalu semoga
Semoga padamu kau dapati tenang
Meski nampaknya akan selalu banyak pinta
Pada lembaran baru yang sepakat kita buka
Jauh hati memendam asmara
Mendekap hati
Jelmaan simpul bertuan
Erat menggenggam bulat mengharap
menuju dewa-dewa panggung cinta
Selamat
Sambut damai jalani semesta
Langkahmu takkan pernah sendiri
September 18, 2019
Puisi: Main yuk
Halo.
Main yuk,
Sedang ingin diajak main.
Sudah lama kita tidak duduk berdua menikmati senja.
Apalagi pantai.
Sepertinya sudah lama rasanya, kita baradu tawa sambil cipratan air laut membasahi lidah.
Atau sekadar menciptakan hening dan yang terdengar hanya kerusuhan ombak kejar-kejaran di antara kita.
Liburan yang bukan hanya menyegarkan badan dari air mandi yang basahi kita.
Tapi juga jeda untuk sejenak bersinggah di tengah penatnya pikiran.
Sepertinya memang kita sudah sangat perlu buat main berdua.
Tapi tidak harus pantai juga.
Bahkan keluar kamarpun sudah asik harusnya.
Bukan soal ke mana.
Tapi
Yang jauh lebih penting,
Ini soal ke mananya sama siapa.
September 17, 2019
Puisi: Renjana
By Farid Ali SyahbanaTuesday, September 17, 2019Aimlessly, cinta, daily post, Kumpulan Puisi, SastraNo comments
Berdialog dengan diri sendiri,
Sesuatu yang kuat sedang menggejolak
Renjana.
Mencintai itu manusiawi
Ragu itu juga manusiawi
Takut
Pun itu manusiawi
Rasakan cinta
Mengurai keraguan
Hadapi ketirnya ketakutan
Lihat mereka beradu
Saling memburu
Bergulat
Bolak-balik menggeliat
Sulit.
Berbicara dari hati ke hati
Ke diri sendiri
Tapi sekali temukan percakapan baik
Dan dapati lebih dalam diri sendiri
Bangunlah damai
Bernafas menenangkan ragu
Mengucap kata maaf
Dan menerima kembali maaf
Termasuk maaf pada diri sendiri
Pada cinta yang bergejolak
Hadapilah ragu
Takut adalah cerminan
Menyadari sukma seutuhnya
Bersemayam sebagai manusia
Dengan luka,
Tapi juga dengan cinta.
Yogyakarta, 17 September 2019
Poetry: Dear
By Farid Ali SyahbanaTuesday, September 17, 2019cinta, daily post, Kumpulan Puisi, Poetry, SastraNo comments
Dear,
I want us to be more open
I want us being better.
Hey, I see you are being different
I just being confused, can I know what are you thinking about
Is there something that you trying to say
How to show you that I really care
Just please look at me
Stand by you
Open, besides me a space open for share
Just please look at me
Stand by you
Open, besides me a space open for share
Calm,
It is okay to be open
Being Honest, I will be happy if you can sit beside me
Listen the whole story that you want to share with.
It is okay to be open
Being Honest, I will be happy if you can sit beside me
Listen the whole story that you want to share with.
-----
Bandung, 15 September 2019
September 15, 2019
Petualangan Jelajah Bandung
By Farid Ali SyahbanaSunday, September 15, 2019anak muda, Jalan-jalan, one week one trip, wisataNo comments
Aakhirnyaaaa..
Senang akhirnya bisa merealisasikan wacana mau jalan-jalan ke Bandung yang udah entah berapa kali ketunda dan akhirnya bisa benar-benar kesampean. Udah ngajakin banyak orang buat bisa main bareng ke Bandung tapi akhirnya banyak yang gagal kesampean karena ga cocok jadwal atau pas lagi ga siap duit.
Setelah berkali-kali wacana, dua hari ini akhirnya bisa juga main di Bandung lagi.
Ini juga kalau bukan karena jasa si Farras, parner kerja (selain Mba Irma) jaman-jaman masih magang di YouSure FISIPOL UGM. Setelah jumpa kami bertiga pada malam itu, dan Farras mengutarakan rencananya ke Bandung, sepakatlah kita untuk berangkat ke Bandung. Niat awalnya sebenarnya reunian dengan mas Adit sekalian, PO YouSure yang sekarang kerja di Bandung. Sayangnya ada riset lapangan yang dikerjakan di luar kota. Sementara Mba Irma masih ada kegiatan di Gunung Kidul. Jadilah kami tetap berangkat meski cuman berdua.
Dengan modal 80 ribu rupiah, kereta ekonomi Jogja Lempuyangan ke stasiun Kiara Condong, akhirnya sukses mengantarkan kami menginjakkan kaki di kota Bandung. Karena kereta tiba jam dua dini hari banget, akhirnya kita pesan satu kamar penginapan di Radio Backpacker Guesthouse. Penginapannya murah meriah dan resepsionisnya 24 jam siap menerima check in para traveler backpacker kayak kami ini.
Pagi harinya, aku dan Farras cek out dan berpisah haluan karena Farras ada urusan lain, sekaligus jenguk pacarnya yang lagi kerja di Bandung.
Hari pertama akhirnya kumulai petualangan di Kota Bandung dengan langsung city tour keliling-keliling kota sebelum Jumatan. Ahh sensasinya kayak balik ke kampung halaman. Entah apa yang mirip dari Bandung dan Palopo nun jauh di sana yaa, mungkin suasana kota yang hijau atau gadis-gadis kotanya yang cantik-cantikðŸ¤.
Jalan-jalan di Taman Balai Kota Bandung
Sebelum jumatan, kita sempetin buat kulineran di salah satu foodcourt langganannya si Dion, temanku yang menemani petualangan Bandung kali ini. Kami mencicipi es Goyobod khas Bandung yang direkomendasi oleh dia, juga makan cireng dan lotek khas kota Bandung. Setelah puas menuntaskan lapar, kami jumatan dan langsung cus ke Jalan Merdeka Bandung, buat main ke Balai Kota yang sekaligus satu kawasan dengan Taman Balai Kota Bandung.Taman Balai Kota ini adalah satu dari sekian banyak taman kota yang ada di Bandung. Di tengah keasikan menikmati suasana, tiba-tiba perhatian kita teralihkan sama pemandangan Kucing Oren yang lagi tiduran di bawah pohon di tengah taman kota. KOCAK BANGETTT! Sampe kita videoin si Kocheng Santuy ini di tengah padang rerumputan taman dan dia ga peduli sama sekali. Malah sesekali cuman peregangan abis itu yaudah tidur santai lagi di bawah teduhnya pohon rindang dan angin sepoy-sepoy. Enak beneeur bobo ciangnya Kochengg.
Selain pemandangan hijau, air mancur, dan teduhnya pepohonan di tengah kota, di taman ini ada juga beberapa kandang untuk peliharaan unggas seperti angsa dan ayam batik buat dipamerkan. Wahana yang cukup rekomended buat sekadar tempat main dan menikmati waktu di Kota Bandung ini.
Main ke Bandung Planning Gallery
Puas foto-foto dan cuci mata di Taman Balai Kota, kami bergeser ke bagian sisi utara gedung Balai Kota. Ada semacam taman kota lagi, dan yang cukup menarik perhatian adalah susunan kaca-kaca yang berisi gambar masing-masing tokoh yang pernah menjabat sebagai Bupati/Walikota Kota Bandung.Masuk ke Bandung Planning Gallery (BPG) sendiri, isinya lumayan menarik ada banyak sajian pengembangan teknologi dan perencanaan kota Bandung berbasis smart city. Banyak yang bisa dimainin di sini, ada spot history Bandung yg skalian ada edu-selfie spotnya, maket wilayah pusat Kota Bandung lengkap dengan lampu-lampu indikator dan panel yang serba digital, juga ada 3D VR poject yang bisa kita cobain buat merasakan sensasi rancangan pengembangan sistem transportasi Bandung masa depan. Semuanya serba epic dan modern, salah satu terobosan Ridwan Kamil yang satu ini emang juaraa.
Karena kebetulan kami masuknya weekdays mungkin, jadi lumayan sepi dan kita bisa puas mencoba berbagai tools yang dipamerkan.Dan asiknya lagi masuk di sini gratisss!
Museum Kota Bandung
Setelah asik mencoba mainan teknologi di BPG, kita beranjak ke gedung Museum Kota Bandung yang lokasinya tepat di seberang BPG.Sayang sekali untuk jelajah museum kota Bandung ini masih kurang maksimal. Kita masuk museum Bandung yg isinya baru siap satu ruangan utama 😂😂😂
Sebenarnya mayan asik sih, cuman ya kocak aja sepertinya ga sesuai ekspektasi si Dion sang Tour Guide, teman dari Palopo yang baru kelar pendidikannya di Telkom University, Bandung.
Njir sampe keliatan banget ekspresi si Dion datar banget. Ga ada tempat selfienyaa hahah.... Gajadi eksis deh Yon, mungkin ini bukan tempat yang tepat buat menunjukkan talentamuðŸ¤
Maksudnya “ga ada objek selfienya” di sini bukan sama sekali 0 ya gaess.. Di ruang utama hall tepat setelah gerbang masuk, sudah ada maket kota Bandung, terus di sisi sejajaran pintu menghadap ke ruang utama itu, persis kalo abis masuk kita berbalik ke belakang, sudah terpampang jejeran nama-nama Bupati Bandung yang pernah menjabat sejak jaman Belanda hingga bahkan yang menjabat periode tahun ini (2018-2023) di dua sisi samping kiri dan kanan pintu masuk.
Di sisi lainnya wallpaper ikon-ikon pahlawan bandung meramaikan ruangan, dan tidak kalah uniknya di plafon ada poster-poster yang sengaja dibentuk melengkung seolah-olah pada berterbangan di langit-langit ruangan. Selain dari itu, ya mungkin ga banyak yang bisa diceritain, karena memang mungkin masih dalam on going banget tahapan pengerjaan dan pengembangannya.
Mungkin setelah ini masih ada proses tahap pengembangan selanjutnya. Kelihatan akses ke sekitar ruangan di sisi kanan gedung, pintunya masih ditutup jadi ya asumsinya memang tidak lain adalah mungkin masih dalam tahapan pengerjaan.
Petualangan hari pertama ini kita akhiri dengan ngopi di Two Cents Coffee yang ada di bilangan Jalan Cimanuk. Capucino latte yang epic buat menutup petualangan hari pertama di Bandung.
Braga dan Kopi Toko Djawa
Berfoto di Depan Kopi Toko Djawa, Jalan Braga, Bandung |
Di kopi Toko Djawa ini ada minuman Kopi Awannya yang beuuuh, enak dan rekomended banget! Paling juara pokoknya dan jarang-jarang di tempat lain. Minuman spesial lainnya adalah es kopi gula jawa yang banyak disukai. Dengan kegabutan tingkat tinggi, akhirnya kawan saya si Dion yang menemani bisa bikin konten video dan mengekspresikan passion selfie sepuasnya hahah.
Malam harinya, pas banget malam minggu. Dan kita jomblo ini akhirnya bergeser malam mingguan di Surabi Setiabudi, jalan poros ke Lembang. Tempatnya sudah lumayan terkenal, sampai kita ga kebagian tempat dudukðŸ˜
Hari terakhir sebelum pulang, kami sudah merencanakan untuk bisa menyempatkan waktu buat jalan-jalan sekaligus nyari oleh-oleh di Kartika Sari dan Bandung Makuta. Sebenarnya jarang juga buat nyari oleh-oleh kaya gini. Itung-itung titipan teman dan mengisi kekosongan, yaudah kami meluncur dan icip-icip skalian. Eh tahu-tahu keluar rumah jam tiga sore, jalanan udah padat banget macetnya mengular sampai jauh. Berubah ke plan B, kuputuskan langsung meluncur stasiun. Akhirnya oleh-oleh-an di sekitaran stasiun aja, untungnya dapat Bolu Susu Lembang, dan Kue Balok. Mayan hehe.
Pokoknya menikmati kembali berkeliling menikmati wajah kota Bandung rasanya legaa banget. Thanks to teman lamaku dari Palopo, Alif Dion Karnadi alias Dion yang sudah mau meluangkan waktunya selama 3 hari aing di Bandung. Dion ini teman sekelas Bimbel di Lembaga Bimbingan Belajar “Ge-O” dulu pas jaman kelas 3 SMA. Sangat bisa diandalkan buat menemani perjalanan selama 3 hari menikmati Kota Bandung bagi yang liburan dadakan tanpa arah kaya aku ini. Akhirnya kesampean wacana aing yaak🤣🤠Sekali lagi makasih banyak, sampai jumpa di petualangan selanjutnyaa ma brooh.
September 12, 2019
Menyoal Kematian
Innalillahi wa inna ilaihi rojiun
Malam tadi, kesedihan menghampiri kala mendengar berita duka meninggalnya Bapak B.J Habibie, presiden ketiga Republik ini. Membaca berita itu tadi malam sontak cukup mengagetkan. Ada rasa tidak percaya, terlebih ketika satu-dua hari sebelumnya juga beredar berita yang sama yang ternyata sekadar berita bodong atau hoax. Tapi kabar yang aku baca terakhir ini benar-benar terkonfirmasi, dan jenazah almarhum akan dimakamkan siang hari. Di berita juga dikabarkan sejumlah pejabat negara turut langsung untuk menghadiri upacara pemakaman dan melepas kepergian beliau. Upacara ini dipimpin langsung oleh presiden Joko Widodo.
Tentu bangsa ini juga merasakan kehilangan yang mendalam, mengenang jasa-jasa dan perjuangan beliau memikirkan berbagai persoalan bangsa yang dihadapi pasca krisis 1998. Juga bahkan masa-masa kepemimpinan Jokowi yang banyak melibatkan beliau menjadi salah satu penasihat dalam merespon persoalan-persoalan negeri yang terjadi. Di lain sisi, Bapak B.J Habibie adalah manusia super yang dikenal dengan kecerdasan dan prestasinya semasa muda, yang kisahnya banya menjadi inspirasi anak-anak generasi muda untuk bisa turut menjadi seperti beliau. Belum lagi soal kisah asmara, betapa kisah kasih beliau bersama almarhumah Ibu Ainun dulu adalah kisah indah romantisme cinta abadi yang terkenang indah hingga diabadikan dalam film khusus: Habibie dan Ainun. Sungguh inspirasi yang sangat besar dari beliau, semoga kepergiannya adalah cahaya dan bahagia, seperti terakhir kali beliau ungkapkan di media di hadapan Mata Najwa tentang menghadapi kematian.
“Dulu saya takut mati, tapi sekarang tidak. Karena saya yakin, selain Ibu saya dan keluarga-keluarga, ada Ainun yang pertama kali menjemput di sana.”
Dua hari yang lalu, Paguyuban Dimas Diajeng Jogja juga merasakan duka mendalam dari kabar meninggalnya senior kami, Indra Hari Saputra, atau yang kami kenal dengan Dimas Indra (Dimas Jogja 2011). Aku dan beberapa teman Dimas Diajeng berkesempatan untuk menghadiri langsung upacara pemakaman beliau yang dilaksanakan di rumahnya, Jalan Imogiri Barat.
Setibanya di rumah duka, aku langsung menyempatkan diri buat mendoakan dan menyolatkan langsung jenazah yang disemayamkan. Beberapa saat kemudian jenazah diberangkatkan untuk dimakamkan di Makam Suci Ngancar, Imogiri yang tidak jauh dari rumah duka. Di siang hari itu aku mendapatkan kesempatan langsung untuk turut serta membopong jenazah bersama lima orang pria paruh baya lainnya, dari rumah duka ke makam.
Salah satu pengalaman pertama sebenarnya untuk menjadi penggotong jenazah.
Dulu rasanya aku sebegitu pecundangnya untuk menghadapi suasana berkabung ketika ada tetangga atau kelurga yang meninggal dunia. Sekadar melihat jenazah saja kadang rasanya gugup sekali apalagi untuk membopong langsung seperti yang kulakukan ini. Tapi tahun-tahun terakhir, dengan kepergian keluarga, tetangga, sampai almarhum Ayah sendiri empat tahun yang lalu membuat semuanya berubah. Pada akhirnya aku semakin kuat dalam memahami bahwa bagaimanapun kematian itu mutlak, yang setiap kita yang bernyawa pasti akan mengalami.
Sekarang rasanya justru menghadiri upacara pemakaman adalah salah satu agenda wajib yang harus kudatangi kala mendengar kabar duka, terlebih kalau itu adalah orang-orang yang ada di sekitar lingkup pertemanan atau keluarga dekat. Menghadiri prosesi ini tidak hanya simbol ucapan turut berbelasungkawa untuk duka yang dialami keluarga yang ditinggalkan, namun terlebih juga menjadi pengingat diri sendiri bahwa suatu saat entah kapan dan di mana, kitapun akan sampai dan mengalami hal yang sama.
“Pernah ga kalian berpikiran soal ini? Soal mati”
Pertanyaan Yosa di tengah kami melayat di rumah duka. Pertanyaan Yosa ini benar menarik. Dan memang butuh kecakapan spiritual untuk lebih dari sekedar menjawab ya.
Beberapa dari kita, termasuk aku sendiri kadang lalai dan terlampau candu menikmati hidup. Sampai lupa bahwa akan datang saatnya kematian. Mengingat kematian rasanya justru positif untuk motivasi diri sendiri. Selalu menjadi momentum pengingat agar bisa membangun kepribadian yang baik di tengah teman-teman dan orang lain di sekitar. Bagaimana proses kematian itu akan kuhadapi, Mau seperti apa aku dikenang, dan bahkan sesederhana siapa saja yang akan datang di upacara pemakamanku kelak. Semoga ini akan menjadi pengingat, dan kita sama-sama bisa jauh lebih mawas diri. Pada saatnya nanti, akan tiba kematian yang datang menjemput kita sendiri.
Dan semoga di saat itu, kita pergi dengan siap, membawa bekal ibadah dan kebaikan yang diterima, prosesi kematian yang dimuliakan, dan dikenang baik oleh teman, keluarga dan siapa saja yang pernah mengenal.
Malam tadi, kesedihan menghampiri kala mendengar berita duka meninggalnya Bapak B.J Habibie, presiden ketiga Republik ini. Membaca berita itu tadi malam sontak cukup mengagetkan. Ada rasa tidak percaya, terlebih ketika satu-dua hari sebelumnya juga beredar berita yang sama yang ternyata sekadar berita bodong atau hoax. Tapi kabar yang aku baca terakhir ini benar-benar terkonfirmasi, dan jenazah almarhum akan dimakamkan siang hari. Di berita juga dikabarkan sejumlah pejabat negara turut langsung untuk menghadiri upacara pemakaman dan melepas kepergian beliau. Upacara ini dipimpin langsung oleh presiden Joko Widodo.
Tentu bangsa ini juga merasakan kehilangan yang mendalam, mengenang jasa-jasa dan perjuangan beliau memikirkan berbagai persoalan bangsa yang dihadapi pasca krisis 1998. Juga bahkan masa-masa kepemimpinan Jokowi yang banyak melibatkan beliau menjadi salah satu penasihat dalam merespon persoalan-persoalan negeri yang terjadi. Di lain sisi, Bapak B.J Habibie adalah manusia super yang dikenal dengan kecerdasan dan prestasinya semasa muda, yang kisahnya banya menjadi inspirasi anak-anak generasi muda untuk bisa turut menjadi seperti beliau. Belum lagi soal kisah asmara, betapa kisah kasih beliau bersama almarhumah Ibu Ainun dulu adalah kisah indah romantisme cinta abadi yang terkenang indah hingga diabadikan dalam film khusus: Habibie dan Ainun. Sungguh inspirasi yang sangat besar dari beliau, semoga kepergiannya adalah cahaya dan bahagia, seperti terakhir kali beliau ungkapkan di media di hadapan Mata Najwa tentang menghadapi kematian.
“Dulu saya takut mati, tapi sekarang tidak. Karena saya yakin, selain Ibu saya dan keluarga-keluarga, ada Ainun yang pertama kali menjemput di sana.”
Dua hari yang lalu, Paguyuban Dimas Diajeng Jogja juga merasakan duka mendalam dari kabar meninggalnya senior kami, Indra Hari Saputra, atau yang kami kenal dengan Dimas Indra (Dimas Jogja 2011). Aku dan beberapa teman Dimas Diajeng berkesempatan untuk menghadiri langsung upacara pemakaman beliau yang dilaksanakan di rumahnya, Jalan Imogiri Barat.
Setibanya di rumah duka, aku langsung menyempatkan diri buat mendoakan dan menyolatkan langsung jenazah yang disemayamkan. Beberapa saat kemudian jenazah diberangkatkan untuk dimakamkan di Makam Suci Ngancar, Imogiri yang tidak jauh dari rumah duka. Di siang hari itu aku mendapatkan kesempatan langsung untuk turut serta membopong jenazah bersama lima orang pria paruh baya lainnya, dari rumah duka ke makam.
Salah satu pengalaman pertama sebenarnya untuk menjadi penggotong jenazah.
Dulu rasanya aku sebegitu pecundangnya untuk menghadapi suasana berkabung ketika ada tetangga atau kelurga yang meninggal dunia. Sekadar melihat jenazah saja kadang rasanya gugup sekali apalagi untuk membopong langsung seperti yang kulakukan ini. Tapi tahun-tahun terakhir, dengan kepergian keluarga, tetangga, sampai almarhum Ayah sendiri empat tahun yang lalu membuat semuanya berubah. Pada akhirnya aku semakin kuat dalam memahami bahwa bagaimanapun kematian itu mutlak, yang setiap kita yang bernyawa pasti akan mengalami.
Saat mengantar jenazah Dimas Indra menuju pemakaman |
“Pernah ga kalian berpikiran soal ini? Soal mati”
Pertanyaan Yosa di tengah kami melayat di rumah duka. Pertanyaan Yosa ini benar menarik. Dan memang butuh kecakapan spiritual untuk lebih dari sekedar menjawab ya.
Beberapa dari kita, termasuk aku sendiri kadang lalai dan terlampau candu menikmati hidup. Sampai lupa bahwa akan datang saatnya kematian. Mengingat kematian rasanya justru positif untuk motivasi diri sendiri. Selalu menjadi momentum pengingat agar bisa membangun kepribadian yang baik di tengah teman-teman dan orang lain di sekitar. Bagaimana proses kematian itu akan kuhadapi, Mau seperti apa aku dikenang, dan bahkan sesederhana siapa saja yang akan datang di upacara pemakamanku kelak. Semoga ini akan menjadi pengingat, dan kita sama-sama bisa jauh lebih mawas diri. Pada saatnya nanti, akan tiba kematian yang datang menjemput kita sendiri.
Dan semoga di saat itu, kita pergi dengan siap, membawa bekal ibadah dan kebaikan yang diterima, prosesi kematian yang dimuliakan, dan dikenang baik oleh teman, keluarga dan siapa saja yang pernah mengenal.
Puisi: Cinta dan Mati
Cinta dan Mati
Dua perkara yang tidak pasti
Kapan waktu menemui
Cinta
Bisa saja memaksa berontak dan mencocokkan hati
Atau usaha jumpa aneka persona ribuan kali
Namun takkan jua ia datang menghampiri
Sebelum terpaut hati
Dan bahagia kau temukan dalam diri
Begitu pula mati
Tidak akan damai kepulangan manusia dengan mati
Jika paksa bunuh diri yang ia pilih
Cuba merenung di mana ajal menanti
Namun mati takkan jua ia mendatangi
Kecuali suratannya telah ditakdirkan Ilahi
Jogjakarta, 12 September 2019.
Di antara bunga cinta dan layu duka.
Selamat jalan kepada sosok inspirasi cinta abadi,
Bacharuddin Jusuf Habibie
"Tak perlu seorang yang sempurna.
Cukup temukan orang yang selalu membuatmu bahagia.
Dan membuatmu berarti lebih dari siapapun."
-B.J Habibie (1936-2019)
September 10, 2019
Kamu Lucu :)
"No one ever said Im cute since I was 6. They call me fat instead of cute. brrr"
Isi pesan singkat dari salah seorang teman lama yang lagi stres mikirin skripsi ga kelar-kelar. Akhirnya bisa berkomunikasi lagi meskipun jarak jauh dengan dia yang lagi ga di Jogja.
Ternyata di samping tugas akhir skripsi yang perjuangannya memang sungguh nyata buat dilalui, keresahan terbesar yang mungkin dia ga sadari sendiri dalam alam bawah sadarnya adalah: berdamai dengan "they call me fat" wkwk😆
Dan sayangnya aku ga bisa ngasih respon apa-apa.
Because I feel it too.
Haha!
Mungkin sampai sekarang rasanya masih sensitif kalau ada yang ngatain soal body shaming. Mulai dari ekspresi tipikal santun kaya "agak gemukan ya kamu sekarang", ke yang agak nyablak ngomen "hoo perut perut", sampai yang mungkin kalangan bangsa satwa liar yang seenak jidat ngatain "heh si babi" "dasar keboo". Parahnya lagi yang ngatain babi ini adalah para kawanan anjing-anjing liar, entah kita pernah mulai kenal di mana dan kapan awal mula sebenarnya.
woow.
baru sadar aku punya kehebatan khusus berinteraksi dan berteman dengan satwa. Mungkin abis ini chanel tv saya tunggu endorsenya kali aja mau cari penggantinya Panji Sang Petualang atau Deni Manusia Ikan :)
Tadi malam, rasanya senang bisa saling curhat dan sambat dengan Mba Irma, konco kenthel parner magang semasa di YouSure FISIPOL UGM tahun 2017 lalu. Sebelumnya, siang harinya juga kebetulan ketemu dengan Mas Adit, yang jadi Project Officer semasa magang kami itu.
Isi pesan singkat dari salah seorang teman lama yang lagi stres mikirin skripsi ga kelar-kelar. Akhirnya bisa berkomunikasi lagi meskipun jarak jauh dengan dia yang lagi ga di Jogja.
Ternyata di samping tugas akhir skripsi yang perjuangannya memang sungguh nyata buat dilalui, keresahan terbesar yang mungkin dia ga sadari sendiri dalam alam bawah sadarnya adalah: berdamai dengan "they call me fat" wkwk😆
Dan sayangnya aku ga bisa ngasih respon apa-apa.
Because I feel it too.
Haha!
Mungkin sampai sekarang rasanya masih sensitif kalau ada yang ngatain soal body shaming. Mulai dari ekspresi tipikal santun kaya "agak gemukan ya kamu sekarang", ke yang agak nyablak ngomen "hoo perut perut", sampai yang mungkin kalangan bangsa satwa liar yang seenak jidat ngatain "heh si babi" "dasar keboo". Parahnya lagi yang ngatain babi ini adalah para kawanan anjing-anjing liar, entah kita pernah mulai kenal di mana dan kapan awal mula sebenarnya.
woow.
baru sadar aku punya kehebatan khusus berinteraksi dan berteman dengan satwa. Mungkin abis ini chanel tv saya tunggu endorsenya kali aja mau cari penggantinya Panji Sang Petualang atau Deni Manusia Ikan :)
Tadi malam, rasanya senang bisa saling curhat dan sambat dengan Mba Irma, konco kenthel parner magang semasa di YouSure FISIPOL UGM tahun 2017 lalu. Sebelumnya, siang harinya juga kebetulan ketemu dengan Mas Adit, yang jadi Project Officer semasa magang kami itu.
Rasanya minggu-minggu terakhir bertemu dan bercengkrama lagi meskipun dengan media sosial jarak jauh dengan teman-teman lama semasa kuliah itu menyenangkan. Apalagi bisa ketemu langsung dan hang out bareng.
Weekend yang lalu bareng teman-teman KKN ku di Sabang periode 2017 lalu: Yori, Mona dan Lusi. Kita waktu itu akhirnya main ke Kopi Rolas yang ada di sekitar Kaliurang atas sebelumnya Kopi Klotok.
Selain banyak kenangan yang bisa kita ungkit dan tertawakan lagi bareng-bareng, ternyata bertemu dengan kawan-kawan lama ada banyak inspirasi baru yang bisa di dapatkan dari obrolan-obrolan yang terbangun.
Selain banyak kenangan yang bisa kita ungkit dan tertawakan lagi bareng-bareng, ternyata bertemu dengan kawan-kawan lama ada banyak inspirasi baru yang bisa di dapatkan dari obrolan-obrolan yang terbangun.
Selain itu, mungkin termasuk soal sharing common problem biasanya seputar quarter life crisis biar bisa kuat menghadapi tahapan pendewasaan diri yang memang teorinya kebanyakan bakal ngalamin di usia-usia 20-an seperti kita-kita ini.
Di usia-usia menginjak dua puluhan, memang sepertinya kebanyakan dari kita akan mulai menghadapi kondisi mental dan emosional yang tidak stabil karena kekhawatiran-kekhawatiran yang muncul soal pekerjaan, kemapanan, keluarga, calon jodoh dan kecemasan-kecemasan lainnya soal gambaran masa depan.
Dari obrolan yang banyak aku dapatkan, salah satu upaya penyembuhan yang paling efektif memang adalah upaya untuk grounding: menyadari posisi kita dan sekitar kita (ground).
Dan ini juga aku masih dalam tahap awal banget soal belajar grounding ini. Tapi yang aku rasakan memang jauh berbeda setelah mulai menenangkan diri dan belajar grounding. Ini soal bagaimana kita berusaha meletakkan perasaan dan logika kita secara pelan-pelan untuk kembali dan berfokus pada apa yang sedang dihadapi sekarang.
Di usia-usia menginjak dua puluhan, memang sepertinya kebanyakan dari kita akan mulai menghadapi kondisi mental dan emosional yang tidak stabil karena kekhawatiran-kekhawatiran yang muncul soal pekerjaan, kemapanan, keluarga, calon jodoh dan kecemasan-kecemasan lainnya soal gambaran masa depan.
Dari obrolan yang banyak aku dapatkan, salah satu upaya penyembuhan yang paling efektif memang adalah upaya untuk grounding: menyadari posisi kita dan sekitar kita (ground).
Dan ini juga aku masih dalam tahap awal banget soal belajar grounding ini. Tapi yang aku rasakan memang jauh berbeda setelah mulai menenangkan diri dan belajar grounding. Ini soal bagaimana kita berusaha meletakkan perasaan dan logika kita secara pelan-pelan untuk kembali dan berfokus pada apa yang sedang dihadapi sekarang.
Kebanyakan dari kita merasakan stres dan kecemasan berlebihan karena pikiran kita kebanyakan berfokus pada masa depan yang tidak pasti. Dan alih-alih mencemaskan situasi di masa depan yang belum kita hadapi itu, seharusnya energi yang kita miliki digunakan untuk hal-hal yang jauh lebih penting dan produktif: menghadapi diri kita versi saat ini.
Dengan berfokus pada situasi diri dan lingkungan kita saat ini, kita akan jauh lebih bisa menggali obrolan-obrolan pribadi antara logika dan hati kita sendiri dan menemukan cara yang tepat untuk mendapatkan kembali kepercayaan diri.
Dengan berfokus pada situasi diri dan lingkungan kita saat ini, kita akan jauh lebih bisa menggali obrolan-obrolan pribadi antara logika dan hati kita sendiri dan menemukan cara yang tepat untuk mendapatkan kembali kepercayaan diri.
Mungkin bisa jadi cara ini dalam bentuk bertemu dengan orang lain seperti yang aku ceritakan tadi, atau mencari orang-orang baru, datang ke tempat-tempat tertentu, meluangkan waktu untuk menikmati diri sendiri (me time), berkomunikasi dengan hewan peliharaan, dengan tanaman atau bahkan dengan benda-benda tertentu.
Mungkin kedengaran gila ya, ngomong kok sama hewan, tumbuhan sama barang. wkwkwk Ini sama sekali bukan mau mengajari sekte sinting dari perguruan mana ya, tapi lebih kepada menentukan cara terbaik yang tailored (gatau bahasa yang pas indonesianya apa yaa; semacam custom, fit, dan proper sama diri kita sendiri gitu; malah Inggris meneh -- itulah pokoknya) yang sesuai sama diri kita sendiri.
Karena kadang kita merasa malu atau memang tidak nyaman untuk langsung berbagi sebuah masalah pada orang lain, atau bahkan merasa belum menemukan orang yang pas yang dirasa nyaman untuk diajak berbagi dan membicarakan masalah yang sedang dihadapi.
Karena kadang kita merasa malu atau memang tidak nyaman untuk langsung berbagi sebuah masalah pada orang lain, atau bahkan merasa belum menemukan orang yang pas yang dirasa nyaman untuk diajak berbagi dan membicarakan masalah yang sedang dihadapi.
Jadi bicara dengan kucing, atau kaktus kenapa tidak. Ini semata-mata sebenarnya untuk mengungkapkan untalan benang kusut yang ada di kepala kita yang dirapikan secara perlahan-lahan dengan cara mengungkapkannya langsung. Atau dengan menuliskannya mungkin.
Bahkan sambil berolahraga, merajut (seperti yang dilakuin Amel teman kantorku sekarang), atau melakukan aktivitas apapun yang bisa menenangkan pikiran.
Kalau mau main mobile legend juga bisaaa! add aku : Susu Bendera. Kita mabar pushrank sampai legenddd :)
Bagaimanapun cara dan bentuknya,
Sensasi terbaik adalah ketika kita bisa menemukan keinginan diri kita sendiri dan menyadari cara yang paling cocok bagi kita dalam menghadapi gangguan mental yang sedang kita hadapi.
Jadi jangan sampai kamu berlarut-larut dengan kesedihan dan tekanan yang kamu hadapi yaa. Jangan pernah merasa sendiri, merasa tidak berharga. Jangan pernah berlarut-larut berpikiran kamu bukan siapa-siapa atau tidak punya apa-apa.
Apalagi mau bunuh diri.
Jangan! plis deh.
Kamu jauh sangat berharga dan masih banyak sekali hal di sekitar kita yang bisa kita nikmati, dan disyukuri. Hal yang terpenting adalah menyadarinya.
Lihat aku di sini :) ea
Kalau mau sharing, jangan sungkan kontak aku di sosmed yang ada di atas yaaa.
Feel free to talk ✋😇
Kalau mau main mobile legend juga bisaaa! add aku : Susu Bendera. Kita mabar pushrank sampai legenddd :)
Bagaimanapun cara dan bentuknya,
Sensasi terbaik adalah ketika kita bisa menemukan keinginan diri kita sendiri dan menyadari cara yang paling cocok bagi kita dalam menghadapi gangguan mental yang sedang kita hadapi.
Jadi jangan sampai kamu berlarut-larut dengan kesedihan dan tekanan yang kamu hadapi yaa. Jangan pernah merasa sendiri, merasa tidak berharga. Jangan pernah berlarut-larut berpikiran kamu bukan siapa-siapa atau tidak punya apa-apa.
Apalagi mau bunuh diri.
Jangan! plis deh.
Kamu jauh sangat berharga dan masih banyak sekali hal di sekitar kita yang bisa kita nikmati, dan disyukuri. Hal yang terpenting adalah menyadarinya.
Lihat aku di sini :) ea
Kalau mau sharing, jangan sungkan kontak aku di sosmed yang ada di atas yaaa.
Feel free to talk ✋😇
Pak Pur, Hero dari Warung Boto
Pagi ini kaki masih pegal sisa kegiatan kemarin bertajuk Festival Kampung Wisata 2019. Kegiatan ini adalah salah satu event persembahan Dinas Pariwisata Kota Jogja untuk mempertemukan kampung-kampung wisata yang ada di Jogja untuk dapat memamerkan kekayaan budaya dan atraksi pariwisata yang ada di kampungnya masing-masing. Selain itu, momentum ini juga menjadi ajang baik bagi para pegiat kampung wisata untuk membangun forum komunikasi satu sama lain dengan para pengelola dari kampung wisata lain agar bisa bertukar gagasan dan bersinergi membangun daya tarik pariwisata kota Jogja menjadi baik dan lebih baik lagi.
Sebagai organisasi di bawah naungan Dinas Pariwisata, Paguyuban Dimas Diajeng Kota Jogja menjadi salah satu garda dalam merealisasikan kegiatan ini bersama dengan tim panitia lainnya. Kami dari Dimas-Diajeng kemudian diamanahkan untuk bertugas sebagai LO pendamping para perwakilan kampung-kampung wisata selama kegiatan berlangsung. Adalah Pak Purnomo, salah seorang pegiat kampung wisata yang berasal dari Kampung Wisata Warung Boto. Pesan singkat melalui whatsapp dua malam sebelum kegiatan menjadi awal komunikasiku dengan beliau. Tidak banyak, malam itu pesan singkat yang aku kirimkan untuk memperkenalkan diri sekaligus memastikan persiapan festival dari kampung yang dikelola beliau.
Mendampingi Warung Boto
Dalam rangkaian kegiatan ini aku kebagian membantu komunikasi panitia dengan perwakilan kampung wisata sebagai LO dengan kampung wisata Warung Boto. Selain Warung Boto, ada 15 kampung wisata lainnya yang turut menyemarakkan festival ini. Dan teman-teman dari paguyuban Dimas-Diajeng lainnya tersebar membantu komunikasi panitia dengan kampung-kampung wisata itu.
Aku berterima kasih kepada Dimas Yosa (Dimas 2019) soal hal ini. Sebelumnya aku ditugaskan untuk menjadi LO kepada satu kampung wisata, Dipowinatan. Namun karena susunan acara yang dirancang oleh panitia Dinas Pariwisata menunjuk kampung Dipowinatan unjuk aksi pada hari pertama kegiatan, kira-kira sore hari jam empat. Aku mulai khawatir. Karena di jam yang sama bertepatan dengan agenda pribadi yang sudah kujadwalkan sebelumnya. Kegiatan di luar kota yang kubayangkan mungkin juga akan selesai sore hari pukul empat. Tidak mungkin memaksakan keduanya kuhadapi bersamaan.
Mengadu. Akhirnya akupun memberanikan diri mengadu ke panitia acara dari Dinas Pariwisata. Mencoba menawarkan untuk bertukar posisi agar bisa bertugas di hari kedua acara. Dan saat itu sudah kusiapkan obrolan lobi pribadi dengan Yosa untuk bertukar posisi. Yosa sendiri adalah salah satu sahabat dekat di Dimas Diajeng selama proses karantina, yang dititahkan dalam sebuah file excel berisi susunan acara dan pembagian posisi panitia untuk menjadi sang LO kampung wisata Warung Boto. Kebetulan dalam susunan rundown itu, Kampung Wisata Warung Boto kebagian hari kedua. Yess. Setelah kudiskusikan dengan Ibu Septi (Mba Septi, pegawai dinas yang mengatur rundown dan pembagian job desc panitia), dia mengizinkan. Keberuntungan masih berpihak, dua acara yang kuagendakan ini bisa kuikuti tanpa harus saling mengganggu.
"Akan kami usahakan.."
Segera langsung kudatangi tenda kampung wisata Warung Boto untuk menemui pak Purnomo. Pak Pur tidak bisa diminta tampil lebih awal pada jam setengah lima sore. Patokannya dengan anak-anak yang Ia bawa adalah waktu solat magrib. Mereka akan tampil setelah magrib. Ada sekitar 20 anak yang harus didandani dan tidak mungkin diminta lebih cepat 45 menit. Alasannya tidak bisa kubantahkan. "Tapi akan coba kami usahakan, jam 5 ada di lokasi." Sebuah pengharapan untuk membuatku tenang. Aku kembali ke tenda panitia membawa kabar dengan perasaan yang masih dengan keraguan.
Dimas Krisna (senior Dimas Diajeng 2011) yang bertugas sebagai menejer panggung lepas tangan, minta semuanya keep on schedule sesuai yang dia pegang. Asem. Mas Krisna ternyata serius juga ya kalau megang acara.
Dan membayangkan Pak Pur dengan 20 orang pasukan yang harus didandani, rasanya pengharapan untuk tiba di lokasi jam 5 terlalu dipaksakan.
Satu-satunya jalan yang bisa kulakukan adalah menemui langsung Pak Wawan (yang lebih sering kami panggil Mas), Kasi Dinas Pariwisata sebagai komandan lapangan acara ini, meminta kebijaksanaan pergeseran waktu.
Pak Purnomo, Aktivis Kampung Wisata Warung Boto (Credit: Facebook Pak Pur ) |
Atraksi!
Jam dua siang, acara atraksi penampilan pasukan kampung atau "bregodo" akan menjadi pembuka acara hari kedua. Atraksi seni pasukan kampung pada hari kedua ini dimeriahkan oleh 10 kampung wisata yang tersisa, setelah sebelumnya di hari pertama telah tampil 6 kampung. Perlahan para peserta atraksi Bregodo meramaikan XT Square Jogja yang menjadi tempat perhelatan acara ini. Kami para LO pun menyebar menemui masing-masing kampung wisata yang akan kami dampingi.
Kostum Bregodo Kampung Wirobroto |
Tidak lama, kulihat Pak Pur mendatangi. Bajunya sudah berganti dengan kaos polo biru muda bertuliskan Warung Boto, mempertegas posisinya sebagai kru ofisial. Kusalami beliau dan mengajukan lembaran absensi untuk memastikan pasukannya sudah lengkap dan siap. Dengan sigap pak Pur mengomandoi sendiri anak-anak pasukannya. Sembari persiapan di jalur yang sudah ditentukan, anak-anak ini saling berdiskusi mandiri memastikan tidak ada koordinasi yang keliru di antara mereka. Dan Pak Pur membersamai, sesekali membetulkan sikap atau menunjukkan arahan gerak dan pola posisi yang pas. Meskipun sendirian, Pak Pur percaya diri dan fokus mempersiapkan penampilan anak-anak remaja yang dibawanya.
Pasukan Bregodo Wirotirtobroto, dengan Pak Pur di Kiri |
Dengan semangat mereka menampilkan sebuah atraksi tarian dan pertunjukan adu senjata. sekitar 10 menit dan akhirnya penampilan mereka kemudian dilanjutkan dengan atraksi kampung wisata selanjutnya. Di belakang kutemui pak Pur lagi dan mencoba memastikan pentas seni yang akan ditampilkan agar bisa hadir di lokasi jam lima sore. Pak Pur meragu. Ternyata yang akan membawakan penampilan seni adalah mereka anak-anak yang sama ditugaskan untuk bregodo yang baru saja selesai tampil. Mereka baru mau kembali ke basecamp mereka untuk didandani.
Dua jam berselang sampai 9 pasukan bregodo akhirnya selesai menampilkan atraksinya yang sangat unik-unik dan bermacam-macam kreasi. Pesan masuk dari tim stage manager menanyakan kesiapan penampil dari Warung Boto. Dalam hati aku sudah pesimis, kusampaikan mereka berusaha datang jam 5 sesuai pengharapan Pak Pur.
Pertunjukan Seni: Abis Magrib
jam menunjukkan pukul 16: 30 dan sepuluh pasukan bregodo dari kampung wisatanya masing-masing telah selesai tampil di hadapan pengunjung festival dan juri. Susunan acara yang dipandu Dimas Aga (Dimas 2011) dan Diajeng Thea (2019) berjalan sesuai rundown tepat waktu dan sekarang mulai bergeser ke atraksi pertunjukan seni. Kampung Wisata Tahunan yang bertugas sebagai penampil pertama sudah siap untuk tampil, sementara belum ada kabar lagi dari Pak Pur untuk Warung Boto yang akan tampil sesudahnya.
Setelah mengirimkan pesan wa beberapa kali ke Pak Pur, kudatangi tenda stand Warung Boto dan bertemu degan seorang ibu-ibu yang juga mengenakan baju yang sama dengan Pak Pur. Kusampaikan bahwa penampil selanjutnya adalah Warung Boto, dan meminta bantuan untuk mengontak adik-adik yang akan tampil. Kutelpon langsung nomor Pak Pur, tapi sepertinya Pak Pur di tengah-tengah persiapan anak-anaknya yang sedang dandan. Penampilan seni pertama berlangsung, dan kru stage manager bergantian menanyakan kabar Warung Boto. Ingin menjawab "Warung Boto baik-baik saja" tapi sepertinya bukan ini yang mereka mau :)
"Pak Pur, penampilan seni yang pertama sudah mulai pak. Ditunggu di barat panggung adek-adek reognya ya pak.."
Kru panggung akhirnya menanyakan kehadiran penampil seni dari kampung wisata lainnya, melihat apakah ada yang bisa dimajukan supaya waktu luang sebelum magrib masih bisa terisi dengan satu penampilan seni sebelum jeda. Perhitungan waktu akan molor sampai jam sebelas malam kalau atraksi seni lainnya yang tersisa dimulai setelah magrib jam 17:45.
Tapi akhirnya memang ternyata tidak ada yang bisa 😅😅
Sepertinya tinggal mengandalkan Warung Boto. Aku jadi panik sendiri. Setelah penampilan seni pertama selesai, suasana festival menjadi kosong sekitar 45 menit dan yang dilakukan panitia-panitia adalah foto bersama. Di tengah hape lowbat 1% dan powerbank pinjaman dari Dimas Riyan (Dimas 2019), aku berpose bersama yang lain sambil hape yang gabisa lepas buat mengikuti perkembangan keberadaan adik-adik Warung Boto. Dan Pak Pur tentunya.
Pesan singkat dari pak Pur masuk.
"ttp habis maghrib. sesuai rundown yg sy trima dr awal" Sepertinya Pak Pur benar-benar hectic dan menyerah dengan kengototan panitia 😔
Akhirnya diputuskan pertunjukan seni dilanjutkan setelah magrib: jam 18:00.
Kukirimkan pesan singkat terakhir ke Pak Pur: "Update infoo pak Pur: Njeh, pentas seninya abis magrib njeh pak. Jam 18:00 langsung tampil."
Juaraa!!
Jam menunjukkan pukul 18:05, dan panitia kembali di posisi untuk persiapan untuk melanjutkan acara. Akhirnya adik-adik yang tadi bertugas sebagai bregodo sudah mulai berdatangan kembali dengan wajah masing-masing yang sudah dirias. Pengunjung semakin ramai berdatangan, dan akhirnya Dimas Aga muncul kembali ke panggung bersama Diajeng Mala (2019) yang menggantikan Thea. Menit-menit berikutnya panggung utama mulai kembali menarik perhatian pengunjung dan akhirnya penampilan pertama dari Warung Boto melanjutkan rangkaian pertunjukan seni.
Persiapan Penampilan Atraksi Seni Kampung Warung Boto |
Ya memang akhirnya lega, mereka tampil.
Penampilan tarian mereka akhirnya sukses berjalan lancar.
Setu persatu penampilan yang lain akhirnya mengikuti jalannya rangkaian acara sampai kesepuluhnya selesai menampilkan atraksi seninya masing-masing. Bermacam-macam atraksi seni ditampilkan, ada tari-tarian, pertunjukan drama oleh anak-anak kecil, nyanyi-nyanyian, sampai ada yang flashmob. Asik juga joged meluapkan energi haha.
Turut berbangga, kampung Wisata Warung Boto bisa berhasil meraih Juara 2 Lomba Stand Terbaik, dan Juara 2 Penampilan Atraksi Seni. Dua juara itu juga kemudian mengantarkan Warung Boto meraih gelar Kampung Wisata Terbaik II dalam gelaran Festival Kampung Wisata Kota Jogja 2019.
Suasana foto bersama Warung Boto di stand Festival Kampung Wisata Jogja 2019 |
Dengan senyum bahagia, Pak Pur naik ke panggung sebagai perwakilan menerima penghargaan Kampung Wisata Terbaik II Festival Kampung Wisata Jogja 2019.
Ketampanan pak Pur jadi dua kali lebih bersinar. Tapi mungkin tidak kalah dengan Dimas Krisna, sang stage manager yang sudah baik hati dari siang hari bikin grusak grusuk panik soal rundown, mengajarkan arti penting tanggungjawab dengan caranya sendiri 👀) (dalam hati: you know what I mean MASS!)
Dan aku ga punya dokumentasi fotonya karena di momen pengumuman dan penyerahan hadiah, hapeku akhirnya mati total setelah berwira-wiri menghubungkan panitia dan mengontak Pak Pur dengan kondisi hape dan power bank baterai low seadanya😤😤😤.
Sekali lagi, Selamat Pak Pur!
Buat teman-teman yuk ketemu langsung dengan Pak Pur dan nikmati wisata budaya dengan mengunjungi cagar budaya Warung Boto yang bagus ini 😊
Credit: panduanwisata.id |
September 09, 2019
Puisi: Merindu
By Farid Ali SyahbanaMonday, September 09, 2019Aimlessly, daily post, Kumpulan Puisi, SastraNo comments
Di tengah riuh dan gaduh,
tersungkur aku di tengah keramaian
Hening
Dan kusadari segera, aku sedang merindu
Tak kuasa tuk menolak
Dalam hening hati menyeruak
Semakin dalam berkaca
Dan yang terpikirkan hanya kamu, satu.
Tapi tidak akan kulampaui batas yang kujanjikan
Ku coba meyakinkan diri sendiri
Bahwa yang sedang kuperjuangkan
Tak lain adalah kerinduan itu sendiri
Menyemogakan
Agar rindu bisa tetap hadir
Sampai esok,
Melanggengkan aku di ingatanmu.
Jogjakarta, 9 September 2019 dini hari.
dengan mata yang kuncup mekar setelah dua belas jam di tengah keramaian.
September 08, 2019
Puisi: Tumbuh
By Farid Ali SyahbanaSunday, September 08, 2019anak muda, cinta, daily post, Jogja, Kumpulan PuisiNo comments
Tanah membasah
Kembang mekar
Dan kulihat kau tumbuh
Kuncup perlahan mengembang
Kuncup perlahan mengembang
Layumu tak akan pernah kusemogakan
Lagi.
semoga merekahmu abadi
Pula kuharap aku
kusemogakan yang sama bagi kita berdua
meski di atas bejana yang tak lagi sama.
Jogjakarta, 8 September 2019
Senang rasanya bisa menyaksikan kebahagiaan-kebahagiaan terjadi di kehidupan orang lain.
Hari ini, salah satu senior sekaligus teman seangkatan semasa pendidikan di asrama beasiswa semasa kuliah, baru saja melangsungkan resepsi pernikahan di kampung halamannya, setelah melangsungkan akad nikah beberapa hari sebelumnya di Bandung.
Bandung (?)
Tidak, tidak, Bandung punya cerita sendiri.
Mungkin besok akan cerita banyak soal ini.
Belum sekarang.
Acara resepsi abang kami ini dilangsungkan di Batang, kota sederhana beberapa jengkal dari Temanggung.
Kebahagiaan terpancar darinya, dan perempuan anggun yang berdiri tersenyum di sampingnya. Betapa bahagianya mereka berdua, begitu pula dengan keluarga yang hadir, yang datang mengantarkan doa untuk kesalamatan babak baru kehidupan mereka. Kami semobil yang datang dari Jogja pun turut mengantarkan iringan bahagia dan rangkaian doa.
Dan rasanya baru saja setahun yang lalu, aku mengantarkan Bang Jin, sapaan akrab kami, berangkat ke Temanggung dengan teman-teman sekelasnya sewaktu SMA untuk menghadiri pernikahan salah satu dari mereka. Dan hari ini aku mendatangi resepsi pernikahannya, yang entah apakah setahun yang lalu memikirkan soal itupun mungkin belum (sok tahu).
Tapi terlepas menyoal itu,
kebahagiaan yang terpancar dari momentum tadi adalah wujud nyata. Betapa kasih sayang bisa melunakkan segalanya, dan menunjukkan manusia menjadi sebenar-benar fitrahnya: saling mengasihi, menyayangi.
Menyaksikan prosesi sakral pernikahan semakin membawa emosi tersendiri yang cukup membekas. Betapa pertemuan dan perpisahan adalah sebenar-benarnya perjalanan yang tidak bisa dielakkan dalam dinamika kehidupan. Lalu kemudian terbayang beberapa kisah yang baru saja berlalu. Dan kutuliskan sajak di awal tulisan ini untuk mengenang.
Untuk setiap kamu yang pernah berjumpa dalam tiap-tiap persimpanganku, kupersembahkan ucapan terima kasih terbaikku. Selamat bertumbuh.
September 06, 2019
"The Only You"
By Farid Ali SyahbanaFriday, September 06, 2019Aimlessly, anak muda, cinta, daily post, Jurnal, life, pengembangan diriNo comments
Kacau!
Hari ini teman lama ngajak ketemu. Ga ada yang aneh, sebuah ajakan ketemuan di sore hari setelah kesibukan kupikir kenapa tidak. Tidak cantik memang, tapi dia adalah teman lama yang benar-benar baik. Bahkan aku akui pernah sebegitu dekat dan percayanya sama dia. Dan mungkin itu sebuah kebablasan juga, karena ternyata mengirimkan sinyal yang salah tentang hubungan kami berdua. Di akhir makan malam bareng yang berlanjut ngopi santai di angkringan pinggir jalan, dia meracau.
Dia merasa dari kebersamaan yang sudah berlalu hampir setahun yang lalu, tidak ada hubungan kedekatan lagi yang jauh lebih istimewa daripada kami. Merasa seperti dikutuk, semua hubungan yang coba dibangun olehnya dengan orang-orang baru tidak ada yang bisa berjalan dengan baik. Dan katanya lagi, aku harusnya sadar, satu-satunya orang yang sudah benar-benar memberikan bekas istimewa dalam hati dan pikirannya itu aku, seberapa besarpun aku pernah menyakiti dan merusak hidupnya di masa lalu. Aku adalah satu di antara teman-teman dekatnya yang mungkin spesial, menempati posisi teratas di hati dia. Di atas daripada yang lainnya.
"What if then we make, I, and you, being us? I want you"
Wow.
Sayangnya aku berada pada pusara yang berbeda. Aku sebatas menganggap semua di antara kami berdua adalah persahabatan, pertemanan yang istimewa. Bukan dalam konteks lain. Dan setelah itu, kini cuman ada dua pilihan, menjadi lebih seperti yang dia tawarkan, atau pergi dan menjadi bukan siapa-siapa. Pertemuan ini jadi tidak seasik di awal perjumpaan. Diakhiri dengan pilihan yang tidak bisa ditawar-tawar. Orang yang belajar diplomasi di kelas tidak bisa melunakkan untuk tawaran pilihan ketiga: menjadi biasa.
Setelah itu kita sepakat untuk berpulang. Dan keputusanku untuk menolak tawaran bersama membawa konsekuensi serius di pandangannya. Akhirnya dia memutuskan untuk pergi, dan aku pulang sendiri. Juga mungkin artinya kita tidak usah berteman lagi.
Wow.
Sayangnya aku berada pada pusara yang berbeda. Aku sebatas menganggap semua di antara kami berdua adalah persahabatan, pertemanan yang istimewa. Bukan dalam konteks lain. Dan setelah itu, kini cuman ada dua pilihan, menjadi lebih seperti yang dia tawarkan, atau pergi dan menjadi bukan siapa-siapa. Pertemuan ini jadi tidak seasik di awal perjumpaan. Diakhiri dengan pilihan yang tidak bisa ditawar-tawar. Orang yang belajar diplomasi di kelas tidak bisa melunakkan untuk tawaran pilihan ketiga: menjadi biasa.
Setelah itu kita sepakat untuk berpulang. Dan keputusanku untuk menolak tawaran bersama membawa konsekuensi serius di pandangannya. Akhirnya dia memutuskan untuk pergi, dan aku pulang sendiri. Juga mungkin artinya kita tidak usah berteman lagi.
Aku paham betul, situasi seperti ini memang sulit. Ada luka yang akhirnya tergores, ada rasa sakit yang membekas. Dan kalau bukan kembali pada memuliakan diri sendiri, selamanya kita akan berlarut-larut pada kesedihan yang mungkin tidak perlu. Dan karena ini banyak orang menjadi tidak produktif berhari-hari, hilang akan jati dirinya dan bahkan lupa akan mimpi-mimpi yang pernah dibangunnya untuk masa depan. Dan itu bukan hanya pada teman yang baru saja kutemui ini, tapi termasuk juga yang mungkin kemarin baru saja aku lalui.
Melihat orang lain datang, dan berada di posisi yang dulu sama di mana aku mengejar-ngejar perhatian orang lain adalah hal yang memilukan, terlebih karena ini adalah teman lamaku. Tidak ada maksud untuk menyakiti, aku paham betapa luka seperti itu pasti sakitnya bukan main, tapi sekali lagi aku rasa ada salah pengertian di antara kami.
What I want to talk:
What if what all you need is only you. better version of you. Thats all. Happiness is not about another human is sitting in front of you, staring at you, in the middle of a romantic dinner without thinking about you. To be happy, It is all about you either you are with or without a man with you.
Buat kamu yang merasa kacau karena stress, kecewa, patah hati terhadap orang lain. Yakinkan diri bahwa apa yang sedang kamu hadapi adalah bagian dari perjalanan hidup yang mengesankan. Hari baik akan tiba, dan setiap hal bahkan sekecil apapun yang kita lalui adalah bagian dari rencana besar yang sudah disiapkan oleh semesta, Yang Maha Kuasa.
So, Focus on you.
Keep going, keep growing.
Keep going, keep growing.
See you on better version of you.
- A self reminder from me.
For me and hopefully for everyone of you out there.
Ada alasan kenapa aku rasa kita sama-sama penting buat sadar betapa pentingnya menyadari diri sendiri, dan mencintai diri sendiri. Bukan egois, hanya sedikit self love agar kita tetap mampu bertahan dalam banyak dinamika hidup dan mungkin satu dua lompatan tegangan di dalam gelombang energi kehidupan yang kita jalani.
Kejadian yang baru saja aku alami ini seolah menampar pikiran-pikiran beracunku berminggu-minggu soal kesenangan dan kebahagiaan yang hilang. Yang didapatkan dari sahabat, teman atau bahkan pasangan.
Satu hal yang mungkin luput kita sadari adalah terkadang kita menjadi berlarut-larut ketika ditinggalkan, atau lebih buruknya menghadapi kematian orang dekat di sekitar kita. Yang terjadi sebenarnya adalah kesedihan yang timbul karena kita terjebak dalam memaknai kebahagiaan. Kebersamaan dengan individu lain sebagai sumber kebahagiaan tunggal. Dan mutlak.
Pikiran semacam itu bahaya untuk ketenangan jiwa kita sendiri. Alih-alih menaruh harap kebahagiaan pada orang lain, seharusnya kita bisa melepaskan. Dan kembali mencintai diri sendiri, sebagai satu-satunya yang bertanggungjawab dalam mengolah rasa apapun dari momentum yang terjadi di dalam perjalanan hidup.
Pikiran semacam itu bahaya untuk ketenangan jiwa kita sendiri. Alih-alih menaruh harap kebahagiaan pada orang lain, seharusnya kita bisa melepaskan. Dan kembali mencintai diri sendiri, sebagai satu-satunya yang bertanggungjawab dalam mengolah rasa apapun dari momentum yang terjadi di dalam perjalanan hidup.
Kadang yang kita butuhkan adalah menarik nafas sejenak lebih panjang. Dan menyadari, setiap kita berharga. "Dengan" ataupun "tanpa" kehadiran orang lain.